BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Rasa ingin tahu
adalah sifat dasar yang dimiliki seseorang, sifat tersebut akan mendorong
seseorang bertanya untuk mendapatkan pengetahuan. Setiap orang yang berakal
sehat sudah pasti memiliki pengetahuan baik berupa fakta, konsep, prinsip,
maupun prosedur tentang suatu objek.Pengetahuan dapat dimiliki berkat adanya
pengalaman atau melalui interaksi(komunikasi) antara manusia dengan
lingkungannya.Untuk mencari sebuah kebenaran, kita harus menggunakan akal
sehat, sehingga dibutuhkan penelitian pendidikan dalam upaya memecahkan masalah
dengan syarat dan prosedur sistematis.Artinya, jika sudah sesuai prosedur yang
tepat, maka dapat dilakukan pendekatan obyektif untuk sampai pada kesimpulan
yang benar. Obyektif disini bersifat penyelidikan,, misalnya pemeriksaan data
empiris, menguji kesimpulan seseorang terhadap pengalaman, memastikan bahwa hal
tersebut koheren atau kontradiktif.
Obyektif tidak sama dengan kebenaran, bukan hanya mengarah pada jawaban
benar tetapi tetap bisa juga mendapatkan jawaban salah.
Oleh karena itu
dibutuhkan konsep yang melandasi penelitian pendidikan agar terbentuk kerangka
kerja yang jelas.Beberapa konsep yang perlu dipertimbangkan dalam penelitian
pendidikan adalah realitas obyektivitas, kebenaran, fakta, teori, dan
pengetahuan.Salah satu cara untuk memahami “kebenaran” adalah dengan cara
memikirkan apa “fakta” yang ada. Fakta bukanlah kenyataan yang tidak dapat
dilihat secara kasat mata, namun kenyataan yang dapat ditangkap oleh panca indera
dan diakui kebenarannya. Oleh karena itu, teori menghubungkan antara fakta yang
satu dengan fakta yang lain sebagai serangkaian konsep yang sistematis. Teori
ini sangat ditekankan pengalaman dan pengamatan indrawi sebagai sumber utama
pengetahuan manusia, maka teori menghargai pengamatan, percobaan atau pengujian
empiris untuk mengungkapkan kenyataan yang sebenarnya.Bagi teori, mengungkapkan
realitas adalah hal yang pokok bagi kegiatan ilmiah.Jawaban dari teori merupakan
kebenaran yang sebenarnya, dari kebenaran tersebut menjadikannyasebuah pengetahuan,
bukan hanya semata-mata pendapat atau rasa percaya, namun kepastian.
Namun, ada
paradigma dalam postmodernisasi mengalami pergeseran dari satu paradigma ke
paradigma lain tanpa adanya alasan rasional/ilmiah sebagai tandinganyang
dipandang bisa memecahkan masalah dan membimbing aktivitas ilmiah berikutnya atas paradigma tersebut. Akibatnya,
pengetahuan didasarkan pada subjektivitas.
Lebih jauh lagi, paradigma dalam postmodernisasi mengikuti
yang berada dalam posisi kekuasaan. Pertama, apa yang dianggap rasionalitas
bergantung pada kesepakatan antara orang-orang yang sebagian besar memegang
kekuasaan. Kedua, definisi bentuk pengetahuan lebih sering divalidasi oleh
mereka yang ada dalam posisi kekuasaan.
Untuk memetakan
interkoneksi konsep yang mendasari penelitian pendidikan dan mengungkap permasalahan-permasalahan
dalam postmodernisasi, maka semua akan dijelaskan dalam makalah ini.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
konsep yang mendasari penelitian pendidikan?
2. Apa
kaitannya Postmodernisasi terhadap pendidikan?
C.
Tujuan:
1. Untuk
mengetahui konsep yang mendasari penelitian pendidikan.
2. Untuk
mengetahui kaitan postmodernisasi terhadap pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Kunci Dalam Penelitian Pendidikan
The different concepts have their interconnected places
and provide an indispensable framework of intelligibility for research. The key
and fundamental concepts which we need to consider are:
1.
Realisme dan
Objektivitas
Realisme adalah
suatu pemikiran bebas yang dibangun peneliti untuk mencari tahu ide-ide pribadi
atau sosial, dan membuat kesimpulan benar atau salah berdasarkan akal sehat
yang terlihat pada kenyataan. Realitas
merupakan sesuatu yang benar-benar ada, tetapi adanya hanya sebatas persepsi
dari masing-masing orang (dikonstruksikan oleh pikiran dan perasaan kita
sendiri).
Menurut Guba dan Lincoln (1989) realitas
“dibangun secara sosial” dan banyaknya realitas adalah sama banyaknya dengan
adanya konstruksi sosial. Penelitian seringkali difokuskan pada “persepsi orang-orang mengenai realitas”, di mana banyak persepsisama bagusnya dengan
persepsi yang lain. Kebenaran atau kesalahan mereka tidak bisa masuk ke
dalamnya.
Realisme naif menerima mentah-mentah
pengalaman indrawi yang dialami. Realisme naif mengabaikan perbedaan antara apa yang tampak
pada si pengamat dan apa yang ada dalam kenyataan sesungguhnya. Kemungkinan
ketidakcocokan sangat besar dan ciri-ciri yang kita tangkap oleh indra dapat
tidak melekat pada benda itu karena sangat tergantung pada subjek yang melihat.
Realisme dalam pengertian ini memberikan
dasar yang memungkinkannya membedakan antara objektif dan subjektif. Objektif
memiliki berbagai makna yang saling berhubungan. Pertama, itu menandakan apa yang
dikatakan selaras dengan dunia sebagaimana adanya. Kedua, penyelidikan adalah
objektif dalam mengambil langkah yang diperlukan dan langkah yangsesuai untuk mendapatkan
kondisi yang objektif itu.Objektivitas mengacu pada cara seseorang memproses,
mengingat bahwa mungkin untuk memberikan penjelasan tentang suatu keadaan yang
objektif.
Contoh realitas dan objektivitas adalah
dengan rajin belajar maka prestasi siswa akan meningkat. Dari contoh tersebut,
kita dapat melihat realitasnya adalah diberlakukannya aturan rajin belajar
membuat siswa dapat meningkatkan prestasinya. Objektivitasnya adalah dalam
kenyataannya masyarakat sepakat bahwa rajin belajar merupakan langkah konkret
untuk meningkatkan prestasi siswa.
2.
Kebenaran
Truth
is, what is being claimed when we say
something is trueor when we assume or assert the truth of an explanation. Suatu asumsi dikatakan benar apabila dapat diterima
secara logis, konsisten, dan koheren menurut kaidah logika dan sesuai dengan
kenyataan yang ada di lapangan. Misalnya, pernyataan “ibu adalah orang yang
melahirkan kita”. Pernyataan tersebut merupakan kebenaran karena pada
kenyataannya ibulah yang telah melahirkan kita, bukan ayah yang melahirkan
kita.
Teori kebenaran
korespondensi merupakan teori yang berpandangan bahwa penyataan-pernyataan
disebut benar jika berkorespondensi terhadap kenyataan yang ada.Teori ini
termasuk dalam teori kebenaran tradisional.Namun ada banyak keberatan terhadap
teori kebenaran ini. Dalam teori kebenaran ini, suatu pernyataan mungkin benar
untuk satu orang tetapi mungkin tidak benar untuk orang yang lain.
Terdapat
dua kebingungan dalam teori kebenaran korespondensi, yaitu:
1.
Teori kebenaran korespondensi
memberikan gambaran yangmenyesatkan dan yang terlalu sederhana mengenai
bagaimana kita menentukan suatu kebenaran atau kekeliruan dari suatu
pernyataan, bahkan seseorang dapat menolak pernyataan sebagai sesuatu yang
benar didasarkan dari suatu latar belakang kepercayaannya masing-masing.
2.
Teori kebenaran korespondensi bekerja
dengan idea, “bahwa dalam mengukur suatu kebenaran kita harus melihat setiap
pernyataan satu-per-satu, apakah pernyataan tersebut berhubungan dengan
realitasnya atau tidak.”Lalu bagaimana jika kita tidak mengetahui realitasnya? Jika tidak mengetahui realitas maka akan sulit menemukan
kebenaran.
Bridges (1999)
memberikan taksonomi yang berbeda dalam teori kebenaran yang berdampak pada
perilaku penelitian pendidikan.Dia membedakan antara kebenaran korespondensi, koherensi,
pragmatis, konsensus, dan kenyataan teori
kebenaran. Namun, terlepas dari pro
kontra yang ada, ia gagal untuk mengenali hubungan yang tak terelakkan antara
apa yang dikatakan dan apa yang terjadi.
3.
Fakta
Fakta adalah
sesuatu yang bertentangan dengan fiksi atau konstruksi sosial, dan terdapat
perbedaan yang mendasar antara “fakta” dan “nilai”. Salah satu cara untuk
memahami “kebenaran” adalah dengan cara memikirkan apa “fakta” yang ada.
Sebagai contoh, Pada saat ada masalah di sekolah, seorang kepala sekolah
mencari fakta yang ada di sekolah tersebut.Hal ini dilakukan untuk
meminimalisir adanya kecurangan yang dilakukan oleh beberapa orang, klaim umum
tentang sekolah perlu diperiksa berdasarkan fakta yang ada.
Fakta bukanlah
sesuatu yang diamati menurut sudut pandang pribadi untuk menggambarkan dunia.
Sudut pandang yang berbeda dalam mendiskripsikan dunia juga dapat menghasilkan
fakta yang berbeda, ini akan menjadi hal yang menarik. Namun fakta mereka
menerangkan tentang deskripsi yang tepat tentang dunia menurut sudut pandang
masing-masing.Sehingga tidak ada alasan mengapa seseorang tidak boleh
membicarakannya.
Fakta social
addalah fakta yang diakui oleh orang banyak baik itu benar maupun salah. Oleh
karena itu, fakta tidak hanya menurut pribadi seseorang, fakta bukanlah sesuatu
yang bisa dikumpulkan atau ditambahkan, sebaliknya fakta diidentifikasi dengan
cara tertentu untuk menggambarkan dunia dan sosial. Fakta, teori dan deskripsi
adalah konsep yang saling berhubungan.
4.
Teori
Teori adalah
hal-hal yang berlawanan dengan akal sehat atau pemahaman praktis dan validitas
atau kebenasan pemahaman teoritis.Teori dipandang sebagai penyakit yang harus
diberantas dan diganti dengan penilaian professional yang diperoleh dari
pengalaman praktis. Pada saat ini sudah umum dikatakan bahwa semua pengamatan
adalah teori, dengan itu berarti apa yang kita amati tergantung pada konsep dan
keyakinan yang kita bawa ke pengamatan tersebut.
Blunkett
mengatakan bahwa konsep-konsep dan keyakinan yang ada di dunia nyata jarang
dibuat eksplisit, tetapi setiap orang tetap meyakininya.Untuk membuat asumsi
yang membuat sesuatu menjadi eksplisit adalah dengan mengungkapkan kerangka
keyakinan dan ide yang mungkin tidak disebut teori.Tergantung pada tingkat
sudut pandang dan artikulasinya.Lebih jauh lagi, setelah diartikulasikan
pandangan akal sehat seseorang tampaknya tidak menjadi akal sehat.
Dari penjelasan
diatas, memikirkan praktik selain teori adalah menciptakan dualism yang palsu
lainnya. Dualism diciptakan oleh pemeriksaan teori dan dengan bertanya bagaimana kaitannya suatu
teori dengan praktik diluar kerangka teoritis.
Teori mengacu
pada kerangka keyakinan dan pemahaman yang tertanam dalam praktik yang kita
lakukan posisi teoritis semacam itu dapat diartikan dalam Bahasa non teoritis
sehari-hari.Itulah yang kita bawa ke pengamatan kita terhadap dunia dan
interpretasi pengamatan tersebut.Namun dalam bidang pengamatan tertentu
kerangka gagasan dan pengamatan kritis atas asumsi-asumsi yang diterima telah
menyimpang dari akal sehat.Keyakinan yang diakui bahwa bumi mengitari matahari,
bukan sebaliknya bertentangan dengan keyakinan yang masuk akal.Bahasa teoritis
sains bukan dari wacana sehari-hari, itu harus dipelajari sebagai bahasa baru.
5.
Pengetahuan
Pengetahuan bukanlah
deskripsi kondisi psikologis, pikiran, dan keyakinan yang kuat.Pengetahuan
bergantung pada kerangka pembenaran yang disepakati bersama, verifikasi dan
sanggahan.Oleh karena itu ada pengetahuan yang berbeda meskipun jelas
terkait.Seseorang mungkin mengacu pada pengetahuan yang sudah ada seperti di
perpustakaan atau databes meskipun tidak ada orang yang emiliki pengetahuan
tersebut (pengetahuan tanpa ada seorang yang tahu.
Menurut Popper
(1972) pengetahuan mengacu pada “dunia ketiga”, yang pertama adalah kondisi
mental dan keyakinan. Yang kedua adalah realita yang ada secara independen dari
kondisi mental tersebut.Masalah yang muncul dalam memahami “dunia ketiga”
adalah bahwa yang pertama pengetahuan dikaitkan dengan keyakinan pribadi
masing-masing individu, dan yang kedua pembenaran klaim pengetahuan terletak
pada menghubungkan keadaan subyektif ke realitas obyektif.
“Badan
pengetahuan” adalah teori, proporsisi dan penjelasan yang telah terakumulasi
melalui penyelidikan, kritik, argument, dan argument balik.Kredensial mereka
bergantung pada keterbukaan mereka terhadap tantangan dan penolakan public.Oleh
karena itu, mereka hanya bersifat sementara dan terbuka terhadap perubahan
lebih lanjut melalui kritik.
Hubungan
antara pengetahuan dan kepastian rusak.Kekuatan keyakinan dan rasa kepastian
bukanlah jaminan pengetahuan. Kepastian tidak bisa dijadikan dasar, adakalanya
apa yang dipercaya orang ternyata salah karena adanya pengalaman dan kritik
lebih lanjut.
E.
Postmodernisasi
Postmodernisme sebagai fenomena budaya yang lebih luas, yaitu sebagai gerakan
untuk melawan, menolak arus utama mordernisme. Postmodernisme merupakan sisi
berlawanan dari modernisme karena
bermula dipengaruhi kekecewaan yang ditimbulkan oleh Perang Dunia II.
Orang yang paling dekat kaitannya dengan postmodernisme adalah Jean-Francois Lyotard dalam buku Postmodernisme: Krisis dan Masa Depan Pengetahuan (1984). Secara singkat, buku ini
menggambarkan
perubahan besar masyarakat yang paling maju.
Implementasi dalam pendidikan, yaitu untuk apa yang dianggap praktis harus dipahami dan diorganisir luas sekali. Pada
satu tingkat, buku tersebut menunjuk pemecahan masalah dalam masyarakat
pluralis dan multikultural saat ini. Tetapi pada tingkat yang lebih dalam, itu
mengundang untuk mempertanyakan apa yang dianggap sebagai ‘pengetahuan dan
kebenaran’ dan apa yang memverifikasi klaim dianggap benar.
Karakteristik
modernisme itu sendiri, sebagai berikut:
1.
Penjelasan yang lengkap
dan ilmiah sebagai ilmu yang ideal (mudah dipahami)
2.
Pengetahuan dibagi
berdasarkan disiplin ilmunya, konsep khusus, prosedur yang terverifikasi dan
cara penyelidikan melalui penelitian studi yang beragam sehingga dibangun teori
tak terbantahkan
3.
Kumpulan pengetahuan
yang memberikan pertanggungjawaban untuk kemajuan sosial
4.
Pengetahuan diteliti
secara sistematis dan memberikan solusi atas berbagai masalah
5.
Sistem pendidikan
adalah permulaan sangat penting untuk orang muda masuk dalam jenis pengetahuan
berbeda dan bentuk rasional
Postmodernisme
adalah kehidupan masyarakat beragam secara budaya yang membuat pertanyaan
dominan dari setiap pandangan. Pertanyaan itu adalah apa yang dianggap masuk
akal didefinisikan secara berbeda dalam setiap sudut pandang, seperti
feminisme, etnis minoritas, agama dan sebagainya. Sama seperti Kuhn dalam Struktur
dari Revolusi Ilmiah (1970) berpendapat bahwa paradigma tertentu
didefinisikan berdasarkan pemikiran rasional yang ilmiah.Namun, paradigma
tersebut mengalami pergeseran dari satu paradigma ke paradigma lain tanpa
adanya alasan rasional/ilmiah sebagai tandinganyang dipandang bisa memecahkan masalah dan
membimbing aktivitas ilmiah berikutnya atas paradigma tersebut. Akibatnya, pengetahuan
didasarkan pada subjektivitas.
Lebih jauh lagi, jika alasan konstruk sosial, maka
konsekuensi tertentu mengikuti yang berada dalam posisi kekuasaan. Pertama, apa
yang dianggap rasionalitas bergantung pada kesepakatan antara orang-orang yang
sebagian besar memegang kekuasaan. Kedua, definisi bentuk pengetahuan lebih
sering divalidasi oleh mereka yang ada dalam posisi kekuasaan.
Teori kebenaran fondasionalisme tampak
penting sebagai pencerahan dimana fondasionalisme menyatakan bahwa suatu klaim
kebenaran pengetahuan untuk dapat dipertanggung jawabkan secara rasional perlu didasarkan atas suatu fondasi atau basis yang
kokoh, yang jelas dengan sendirinya, tak dapat diragukan kebenarannya.Descartes dalam bukunya Diskurus dan Metode Mencari Kebenaran dalam Ilmu-Ilmu Pengetahuan
(1637),menggambarkan awal usaha filosofisnya untuk meragukan dan
membangun semua hal atas keyakinan diri sendiri yang dihasilkan oleh
pengetahuan rasional secara sistematis.
Akibat pengaruh
dari postmodern, kritik pendidikan pun tidak bisa dipungkiri, yaitu:
a.
Otoritas lembaga
pendidikan diremehkan dan guru tidak dipandang sebagai ‘dewa’ dengan segala
kemapuannya untuk melakukan proses pencerdasan masyarakat. Guru tidak perlu
membimbing siswa karena pengetahuan tidak lagi berpusat pada guru.
b.
Pengajaran cara lama
dipertanyakan karena pendidikan formal cara lama tidak menerima tantangan perkembangan zaman
c.
Sekolah, akademi dan
universitas tampak banyak dipertanyakan karena seharusnya menyediakan tempat
berteknologi membuka jalan untuk terlibat orang lain dalam mengejar
pengetahuan, belajar dan penelitian
Analisis postmodern
banyak mempertanyakan kepastian yang diterima begitu saja.Terlihat pendidikan
tidak signifikan mencapai nilai yang diajarkan berkaitan efektivitas.Setidaknya
sebagian pengetahuan bergantung aktivitas ilmiah untuk memecahkan masalah.Ini
menimbulkan pertanyaan kritis tentang pembelajaran yang didorong oleh
modernisme.Akibatnya, mempertanyakan argument yang diterima dan mencari
kebenaran untuk mendapatkan kesimpulan sementara, merangkum yang diperdebatkan
tanpa dianggap kritik, menjadi tidak dapat dibuang.
BAB
III
KESIMPULAN
The conclusion of the explanation
about key concepts in educational research are
1.
Some of the key and
fundamental concepts which we need to consider are:
a. reality
and objectivity: what is the case independently of the researcher's personal or
socially constructed ideas; and the procedures for understanding that reality
b. truth:what is being
claimed when we say something is true or when we assume or assert the truth of
an explanation
c. fact: what counts as
fact as opposed to fiction or social construction, and the nature of the
distinction made between 'fact' and 'value'
d. theory: as opposed to
common sense or practical understandings; and the validity or truth of
theoretical explanations
e. knowledge: what
constitutes knowing (as opposed to merely 'believing' or 'having an opinion'),
the growth of knowledge, and the links between 'knowledge', 'truth',
'certainty' and 'verification'.
2.
Akibat pengaruh dari
postmodern, kritik pendidikan pun tidak bisa dipungkiri, yaitu:
a.
Otoritas lembaga
pendidikan diremehkan dan guru tidak dipandang sebagai ‘dewa’ dengan segala
kemapuannya untuk melakukan proses pencerdasan masyarakat. Guru tidak perlu
membimbing siswa karena pengetahuan tidak lagi berpusat
pada guru.
b. Pengajaran
cara lama dipertanyakan karena pendidikan formal cara lama tidak menerima
tantangan perkembangan zaman
c. Sekolah,
akademi dan universitas tampak banyak dipertanyakan karena seharusnya
menyediakan tempat berteknologi membuka jalan untuk terlibat orang lain dalam
mengejar pengetahuan, belajar dan penelitian.
No comments:
Post a Comment