Saturday, 6 October 2018

Postmodernisasi Terhadap Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang  
Rasa ingin tahu adalah sifat dasar yang dimiliki seseorang, sifat tersebut akan mendorong seseorang bertanya untuk mendapatkan pengetahuan. Setiap orang yang berakal sehat sudah pasti memiliki pengetahuan baik berupa fakta, konsep, prinsip, maupun prosedur tentang suatu objek.Pengetahuan dapat dimiliki berkat adanya pengalaman atau melalui interaksi(komunikasi) antara manusia dengan lingkungannya.Untuk mencari sebuah kebenaran, kita harus menggunakan akal sehat, sehingga dibutuhkan penelitian pendidikan dalam upaya memecahkan masalah dengan syarat dan prosedur sistematis.Artinya, jika sudah sesuai prosedur yang tepat, maka dapat dilakukan pendekatan obyektif untuk sampai pada kesimpulan yang benar. Obyektif disini bersifat penyelidikan,, misalnya pemeriksaan data empiris, menguji kesimpulan seseorang terhadap pengalaman, memastikan bahwa hal tersebut koheren atau kontradiktif.  Obyektif tidak sama dengan kebenaran, bukan hanya mengarah pada jawaban benar tetapi tetap bisa juga mendapatkan jawaban salah.
Oleh karena itu dibutuhkan konsep yang melandasi penelitian pendidikan agar terbentuk kerangka kerja yang jelas.Beberapa konsep yang perlu dipertimbangkan dalam penelitian pendidikan adalah realitas obyektivitas, kebenaran, fakta, teori, dan pengetahuan.Salah satu cara untuk memahami “kebenaran” adalah dengan cara memikirkan apa “fakta” yang ada. Fakta bukanlah kenyataan yang tidak dapat dilihat secara kasat mata, namun kenyataan yang dapat ditangkap oleh panca indera dan diakui kebenarannya. Oleh karena itu, teori menghubungkan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain sebagai serangkaian konsep yang sistematis. Teori ini sangat ditekankan pengalaman dan pengamatan indrawi sebagai sumber utama pengetahuan manusia, maka teori menghargai pengamatan, percobaan atau pengujian empiris untuk mengungkapkan kenyataan yang sebenarnya.Bagi teori, mengungkapkan realitas adalah hal yang pokok bagi kegiatan ilmiah.Jawaban dari teori merupakan kebenaran yang sebenarnya, dari kebenaran tersebut menjadikannyasebuah pengetahuan, bukan hanya semata-mata pendapat atau rasa percaya, namun kepastian.
Namun, ada paradigma dalam postmodernisasi mengalami pergeseran dari satu paradigma ke paradigma lain tanpa adanya alasan rasional/ilmiah sebagai tandinganyang dipandang bisa memecahkan masalah dan membimbing aktivitas ilmiah berikutnya atas paradigma tersebut. Akibatnya, pengetahuan didasarkan pada subjektivitas.
Lebih jauh lagi, paradigma dalam postmodernisasi mengikuti yang berada dalam posisi kekuasaan. Pertama, apa yang dianggap rasionalitas bergantung pada kesepakatan antara orang-orang yang sebagian besar memegang kekuasaan. Kedua, definisi bentuk pengetahuan lebih sering divalidasi oleh mereka yang ada dalam posisi kekuasaan.
Untuk memetakan interkoneksi konsep yang mendasari penelitian pendidikan dan mengungkap permasalahan-permasalahan dalam postmodernisasi, maka semua akan dijelaskan dalam makalah ini.

B.     Rumusan Masalah
1.    Apa konsep yang mendasari penelitian pendidikan?
2.    Apa kaitannya Postmodernisasi terhadap pendidikan?

C.    Tujuan:
1.   Untuk mengetahui konsep yang mendasari penelitian pendidikan.
2.   Untuk mengetahui kaitan postmodernisasi terhadap pendidikan.








BAB II
PEMBAHASAN
A.      Konsep Kunci Dalam Penelitian Pendidikan
The different concepts have their interconnected places and provide an indispensable framework of intelligibility for research. The key and fundamental concepts which we need to consider are:
1.             Realisme dan Objektivitas
Realisme adalah suatu pemikiran bebas yang dibangun peneliti untuk mencari tahu ide-ide pribadi atau sosial, dan membuat kesimpulan benar atau salah berdasarkan akal sehat yang terlihat pada kenyataan. Realitas merupakan sesuatu yang benar-benar ada, tetapi adanya hanya sebatas persepsi dari masing-masing orang (dikonstruksikan oleh pikiran dan perasaan kita sendiri).
Menurut Guba dan Lincoln (1989) realitas “dibangun secara sosial” dan banyaknya realitas adalah sama banyaknya dengan adanya konstruksi sosial. Penelitian seringkali difokuskan pada persepsi orang-orang mengenai realitas, di mana banyak persepsisama bagusnya dengan persepsi yang lain. Kebenaran atau kesalahan mereka tidak bisa masuk ke dalamnya.
Realisme naif menerima mentah-mentah pengalaman indrawi yang dialami. Realisme naif mengabaikan perbedaan antara apa yang tampak pada si pengamat dan apa yang ada dalam kenyataan sesungguhnya. Kemungkinan ketidakcocokan sangat besar dan ciri-ciri yang kita tangkap oleh indra dapat tidak melekat pada benda itu karena sangat tergantung pada subjek yang melihat.
Realisme dalam pengertian ini memberikan dasar yang memungkinkannya membedakan antara objektif dan subjektif. Objektif memiliki berbagai makna yang saling berhubungan. Pertama, itu menandakan apa yang dikatakan selaras dengan dunia sebagaimana adanya. Kedua, penyelidikan adalah objektif dalam mengambil langkah yang diperlukan dan langkah yangsesuai untuk mendapatkan kondisi yang objektif itu.Objektivitas mengacu pada cara seseorang memproses, mengingat bahwa mungkin untuk memberikan penjelasan tentang suatu keadaan yang objektif.
Contoh realitas dan objektivitas adalah dengan rajin belajar maka prestasi siswa akan meningkat. Dari contoh tersebut, kita dapat melihat realitasnya adalah diberlakukannya aturan rajin belajar membuat siswa dapat meningkatkan prestasinya. Objektivitasnya adalah dalam kenyataannya masyarakat sepakat bahwa rajin belajar merupakan langkah konkret untuk meningkatkan prestasi siswa.

2.             Kebenaran
Truth is, what is being claimed when we say something is trueor when we assume or assert the truth of an explanation. Suatu asumsi dikatakan benar apabila dapat diterima secara logis, konsisten, dan koheren menurut kaidah logika dan sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan. Misalnya, pernyataan “ibu adalah orang yang melahirkan kita”. Pernyataan tersebut merupakan kebenaran karena pada kenyataannya ibulah yang telah melahirkan kita, bukan ayah yang melahirkan kita.
Teori kebenaran korespondensi merupakan teori yang berpandangan bahwa penyataan-pernyataan disebut benar jika berkorespondensi terhadap kenyataan yang ada.Teori ini termasuk dalam teori kebenaran tradisional.Namun ada banyak keberatan terhadap teori kebenaran ini. Dalam teori kebenaran ini, suatu pernyataan mungkin benar untuk satu orang tetapi mungkin tidak benar untuk orang yang lain.
Terdapat dua kebingungan dalam teori kebenaran korespondensi, yaitu:
1.      Teori kebenaran korespondensi memberikan gambaran yangmenyesatkan dan yang terlalu sederhana mengenai bagaimana kita menentukan suatu kebenaran atau kekeliruan dari suatu pernyataan, bahkan seseorang dapat menolak pernyataan sebagai sesuatu yang benar didasarkan dari suatu latar belakang kepercayaannya masing-masing.
2.      Teori kebenaran korespondensi bekerja dengan idea, “bahwa dalam mengukur suatu kebenaran kita harus melihat setiap pernyataan satu-per-satu, apakah pernyataan tersebut berhubungan dengan realitasnya atau tidak.”Lalu bagaimana jika kita tidak mengetahui realitasnya? Jika tidak mengetahui realitas maka akan sulit menemukan kebenaran.
Bridges (1999) memberikan taksonomi yang berbeda dalam teori kebenaran yang berdampak pada perilaku penelitian pendidikan.Dia membedakan antara kebenaran korespondensi, koherensi, pragmatis, konsensus, dan kenyataan teori kebenaran. Namun, terlepas dari pro kontra yang ada, ia gagal untuk mengenali hubungan yang tak terelakkan antara apa yang dikatakan dan apa yang terjadi.

3.             Fakta
Fakta adalah sesuatu yang bertentangan dengan fiksi atau konstruksi sosial, dan terdapat perbedaan yang mendasar antara “fakta” dan “nilai”. Salah satu cara untuk memahami “kebenaran” adalah dengan cara memikirkan apa “fakta” yang ada. Sebagai contoh, Pada saat ada masalah di sekolah, seorang kepala sekolah mencari fakta yang ada di sekolah tersebut.Hal ini dilakukan untuk meminimalisir adanya kecurangan yang dilakukan oleh beberapa orang, klaim umum tentang sekolah perlu diperiksa berdasarkan fakta yang ada.
Fakta bukanlah sesuatu yang diamati menurut sudut pandang pribadi untuk menggambarkan dunia. Sudut pandang yang berbeda dalam mendiskripsikan dunia juga dapat menghasilkan fakta yang berbeda, ini akan menjadi hal yang menarik. Namun fakta mereka menerangkan tentang deskripsi yang tepat tentang dunia menurut sudut pandang masing-masing.Sehingga tidak ada alasan mengapa seseorang tidak boleh membicarakannya.
Fakta social addalah fakta yang diakui oleh orang banyak baik itu benar maupun salah. Oleh karena itu, fakta tidak hanya menurut pribadi seseorang, fakta bukanlah sesuatu yang bisa dikumpulkan atau ditambahkan, sebaliknya fakta diidentifikasi dengan cara tertentu untuk menggambarkan dunia dan sosial. Fakta, teori dan deskripsi adalah konsep yang saling berhubungan.

4.             Teori
Teori adalah hal-hal yang berlawanan dengan akal sehat atau pemahaman praktis dan validitas atau kebenasan pemahaman teoritis.Teori dipandang sebagai penyakit yang harus diberantas dan diganti dengan penilaian professional yang diperoleh dari pengalaman praktis. Pada saat ini sudah umum dikatakan bahwa semua pengamatan adalah teori, dengan itu berarti apa yang kita amati tergantung pada konsep dan keyakinan yang kita bawa ke pengamatan tersebut.
Blunkett mengatakan bahwa konsep-konsep dan keyakinan yang ada di dunia nyata jarang dibuat eksplisit, tetapi setiap orang tetap meyakininya.Untuk membuat asumsi yang membuat sesuatu menjadi eksplisit adalah dengan mengungkapkan kerangka keyakinan dan ide yang mungkin tidak disebut teori.Tergantung pada tingkat sudut pandang dan artikulasinya.Lebih jauh lagi, setelah diartikulasikan pandangan akal sehat seseorang tampaknya tidak menjadi akal sehat.
Dari penjelasan diatas, memikirkan praktik selain teori adalah menciptakan dualism yang palsu lainnya. Dualism diciptakan oleh pemeriksaan teori  dan dengan bertanya bagaimana kaitannya suatu teori dengan praktik diluar kerangka teoritis.
Teori mengacu pada kerangka keyakinan dan pemahaman yang tertanam dalam praktik yang kita lakukan posisi teoritis semacam itu dapat diartikan dalam Bahasa non teoritis sehari-hari.Itulah yang kita bawa ke pengamatan kita terhadap dunia dan interpretasi pengamatan tersebut.Namun dalam bidang pengamatan tertentu kerangka gagasan dan pengamatan kritis atas asumsi-asumsi yang diterima telah menyimpang dari akal sehat.Keyakinan yang diakui bahwa bumi mengitari matahari, bukan sebaliknya bertentangan dengan keyakinan yang masuk akal.Bahasa teoritis sains bukan dari wacana sehari-hari, itu harus dipelajari sebagai bahasa baru.

5.             Pengetahuan
Pengetahuan bukanlah deskripsi kondisi psikologis, pikiran, dan keyakinan yang kuat.Pengetahuan bergantung pada kerangka pembenaran yang disepakati bersama, verifikasi dan sanggahan.Oleh karena itu ada pengetahuan yang berbeda meskipun jelas terkait.Seseorang mungkin mengacu pada pengetahuan yang sudah ada seperti di perpustakaan atau databes meskipun tidak ada orang yang emiliki pengetahuan tersebut (pengetahuan tanpa ada seorang yang tahu.
Menurut Popper (1972) pengetahuan mengacu pada “dunia ketiga”, yang pertama adalah kondisi mental dan keyakinan. Yang kedua adalah realita yang ada secara independen dari kondisi mental tersebut.Masalah yang muncul dalam memahami “dunia ketiga” adalah bahwa yang pertama pengetahuan dikaitkan dengan keyakinan pribadi masing-masing individu, dan yang kedua pembenaran klaim pengetahuan terletak pada menghubungkan keadaan subyektif ke realitas obyektif.
“Badan pengetahuan” adalah teori, proporsisi dan penjelasan yang telah terakumulasi melalui penyelidikan, kritik, argument, dan argument balik.Kredensial mereka bergantung pada keterbukaan mereka terhadap tantangan dan penolakan public.Oleh karena itu, mereka hanya bersifat sementara dan terbuka terhadap perubahan lebih lanjut melalui kritik.
            Hubungan antara pengetahuan dan kepastian rusak.Kekuatan keyakinan dan rasa kepastian bukanlah jaminan pengetahuan. Kepastian tidak bisa dijadikan dasar, adakalanya apa yang dipercaya orang ternyata salah karena adanya pengalaman dan kritik lebih lanjut.

E.              Postmodernisasi
Postmodernisme  sebagai fenomena  budaya yang lebih luas, yaitu sebagai gerakan untuk melawan, menolak arus utama mordernisme. Postmodernisme merupakan sisi berlawanan dari modernisme karena  bermula dipengaruhi kekecewaan yang ditimbulkan oleh Perang Dunia II. Orang yang paling dekat kaitannya dengan postmodernisme adalah Jean-Francois Lyotard dalam buku Postmodernisme: Krisis dan Masa Depan Pengetahuan (1984). Secara singkat, buku ini  menggambarkan perubahan besar masyarakat yang paling maju. Implementasi dalam pendidikan, yaitu untuk apa yang dianggap praktis harus dipahami dan diorganisir luas sekali. Pada satu tingkat, buku tersebut menunjuk pemecahan masalah dalam masyarakat pluralis dan multikultural saat ini. Tetapi pada tingkat yang lebih dalam, itu mengundang untuk mempertanyakan apa yang dianggap sebagai ‘pengetahuan dan kebenaran’ dan apa yang memverifikasi klaim dianggap benar.
Karakteristik modernisme itu sendiri, sebagai berikut:
1.               Penjelasan yang lengkap dan ilmiah sebagai ilmu yang ideal (mudah dipahami)
2.               Pengetahuan dibagi berdasarkan disiplin ilmunya, konsep khusus, prosedur yang terverifikasi dan cara penyelidikan melalui penelitian studi yang beragam sehingga dibangun teori tak terbantahkan
3.               Kumpulan pengetahuan yang memberikan pertanggungjawaban untuk kemajuan sosial
4.               Pengetahuan diteliti secara sistematis dan memberikan solusi atas berbagai masalah
5.               Sistem pendidikan adalah permulaan sangat penting untuk orang muda masuk dalam jenis pengetahuan berbeda dan bentuk rasional
Postmodernisme adalah kehidupan masyarakat beragam secara budaya yang membuat pertanyaan dominan dari setiap pandangan. Pertanyaan itu adalah apa yang dianggap masuk akal didefinisikan secara berbeda dalam setiap sudut pandang, seperti feminisme, etnis minoritas, agama dan sebagainya. Sama seperti Kuhn dalam Struktur dari Revolusi Ilmiah (1970) berpendapat bahwa paradigma tertentu didefinisikan berdasarkan pemikiran rasional yang ilmiah.Namun, paradigma tersebut mengalami pergeseran dari satu paradigma ke paradigma lain tanpa adanya alasan rasional/ilmiah sebagai tandinganyang dipandang bisa memecahkan masalah dan membimbing aktivitas ilmiah berikutnya atas paradigma tersebut. Akibatnya, pengetahuan didasarkan pada subjektivitas.
Lebih jauh lagi, jika alasan konstruk sosial, maka konsekuensi tertentu mengikuti yang berada dalam posisi kekuasaan. Pertama, apa yang dianggap rasionalitas bergantung pada kesepakatan antara orang-orang yang sebagian besar memegang kekuasaan. Kedua, definisi bentuk pengetahuan lebih sering divalidasi oleh mereka yang ada dalam posisi kekuasaan.
Teori kebenaran fondasionalisme tampak penting sebagai pencerahan dimana fondasionalisme menyatakan bahwa suatu klaim kebenaran pengetahuan untuk dapat dipertanggung jawabkan secara rasional perlu didasarkan atas suatu fondasi atau basis yang kokoh, yang jelas dengan sendirinya, tak dapat diragukan kebenarannya.Descartes dalam bukunya Diskurus dan Metode Mencari Kebenaran dalam Ilmu-Ilmu Pengetahuan (1637),menggambarkan awal usaha filosofisnya untuk meragukan dan membangun semua hal atas keyakinan diri sendiri yang dihasilkan oleh pengetahuan rasional secara sistematis.
Akibat pengaruh dari postmodern, kritik pendidikan pun tidak bisa dipungkiri, yaitu:
a.                Otoritas lembaga pendidikan diremehkan dan guru tidak dipandang sebagai ‘dewa’ dengan segala kemapuannya untuk melakukan proses pencerdasan masyarakat. Guru tidak perlu membimbing siswa karena pengetahuan tidak lagi berpusat pada guru.
b.               Pengajaran cara lama dipertanyakan karena pendidikan formal cara lama tidak menerima tantangan  perkembangan zaman
c.                Sekolah, akademi dan universitas tampak banyak dipertanyakan karena seharusnya menyediakan tempat berteknologi membuka jalan untuk terlibat orang lain dalam mengejar pengetahuan, belajar dan penelitian
Analisis postmodern banyak mempertanyakan kepastian yang diterima begitu saja.Terlihat pendidikan tidak signifikan mencapai nilai yang diajarkan berkaitan efektivitas.Setidaknya sebagian pengetahuan bergantung aktivitas ilmiah untuk memecahkan masalah.Ini menimbulkan pertanyaan kritis tentang pembelajaran yang didorong oleh modernisme.Akibatnya, mempertanyakan argument yang diterima dan mencari kebenaran untuk mendapatkan kesimpulan sementara, merangkum yang diperdebatkan tanpa dianggap kritik, menjadi tidak dapat dibuang.



BAB III
KESIMPULAN
The conclusion of the explanation about key concepts in educational research are
1.        Some of the key and fundamental concepts which we need to consider are:
a.    reality and objectivity: what is the case independently of the researcher's personal or socially constructed ideas; and the procedures for understanding that reality
b.    truth:what is being claimed when we say something is true or when we assume or assert the truth of an explanation
c.    fact: what counts as fact as opposed to fiction or social construction, and the nature of the distinction made between 'fact' and 'value'
d.   theory: as opposed to common sense or practical understandings; and the validity or truth of theoretical explanations
e.    knowledge: what constitutes knowing (as opposed to merely 'believing' or 'having an opinion'), the growth of knowledge, and the links between 'knowledge', 'truth', 'certainty' and 'verification'.

2.         Akibat pengaruh dari postmodern, kritik pendidikan pun tidak bisa dipungkiri, yaitu:
a.    Otoritas lembaga pendidikan diremehkan dan guru tidak dipandang sebagai ‘dewa’ dengan segala kemapuannya untuk melakukan proses pencerdasan masyarakat. Guru tidak perlu membimbing siswa karena pengetahuan tidak lagi berpusat pada guru.
b.   Pengajaran cara lama dipertanyakan karena pendidikan formal cara lama tidak menerima tantangan  perkembangan zaman
c.    Sekolah, akademi dan universitas tampak banyak dipertanyakan karena seharusnya menyediakan tempat berteknologi membuka jalan untuk terlibat orang lain dalam mengejar pengetahuan, belajar dan penelitian.

No comments:

Post a Comment