Tuesday, 29 January 2019

Syarat dan Ketentuan pengiriman naskah di Grow Book Publisher


Ayo, terbitkan novelmu bersama Grow Book Publisher…!

Grow Bokk Publisher menerima kiriman naskah fiksi dari para penulis wattpad Indonesia yang kreatif. Sebelum mengirimkan karya ke Grow Book Publisher, harap Anda baca dengan detail rincian di bawah ini terlebih dahulu.

1. Bagaimana cara mengirimkan naskah ke Grow Book Publisher (GBP)?
  • Untuk mengurangi penggunaan kertas, pengiriman naskah wajib dalam bentuk (softcopy) melalui surel (e-mail). Naskah Remaja/Dewasa dikirim ke herisatria7@gmail.com. Kami akan memberikan surel konfirmasi bahwa naskah Anda sudah kami terima dengan baik.
2. Apa kriteria naskah yang diterima Grow Book Publisher?
  • Fiksi untuk kelompok pembaca dewasa dan remaja.
  • Karya telah di publish di Wattpad (Kami tidak melihat jumlah pembaca, tapi alur cerita yang menarik)
  • Karya asli, bukan jiplakan.
  • Tidak sedang atau belum pernah diterbitkan oleh penerbit lain.
  • Tema menarik, up to date, unik, & dibutuhkan pembaca masa kini.
  • Genre bebas kecuali fanfiksi
  • Tidak mengandung unsur pornografi.
  • Tidak berpotensi menimbulkan/memicu konflik SARA.
3. Bagaimana format pengiriman naskah ke Grow Book Publisher?
  • Naskah diketik dalam format ukuran kertas (A4) dengan spasi 1,5.
  • Margin Top 4, Left 4, Right 3, Bottom 3 (dalam cm).
  • Jenis font Times New Roman, ukuran font 12pt.
  • Panjang naskah minimal 80 halaman untuk fiksi remaja. Dan minimal 150 halaman untuk fiksi pembaca dewasa. Tuliskan di judul surel Kirim Naskah, diikuti dengan Judul naskah, kategori pembaca atau lini. Misal: KIRIM NASKAH_JUDUL_REMAJA/DEWASA.
  • Naskah dikirim melalui e-mail dalam bentuk lampiran (attachment), bukan dimasukkan ke dalam badan (box) e-mail. Bentuk data yang dilampirkan bisa berupa file MS Word atau Pdf.
  • Lampiran e-mail terdiri dari
    1. Sinopsis & keunggulan naskah. Tuliskan sinopsis & keunggulan maksimal dalam 300 kata.;
    2. Biodata penulis yang berisi nama, alamat domisili, alamat e-mail, nomor telepon rumah dan/atau ponsel; Serta wajib mencantumkan alamat akun Wattpad.
4. Berapa lama konfirmasi terbit naskah?
  • Konfirmasi terbit naskah akan dilakukan dalam 1(Satu) bulan sejak naskah anda kami terima.
  • Konfirmasi naskah akan dilakukan melalui surel.
  • Redaksi tidak akan memberikan review khusus/personal untuk pengembalian naskah.

5. Naskah Anda belum dikonfirmasi?

Bila lebih dari 1 bulan kami belum memberi konfirmasi, Anda bisa menghubungi pihak Grow Book Publisher melalui surel dengan menyebutkan judul naskah dan kapan naskah dikirim.

6. Bagaimana nasib naskah yang tidak diterima oleh Grow Book Publisher?
  • File naskah yang kami tolak akan otomatis dihapus dari komputer.
  • Penulis bisa mengirimkan naskahnya ke penerbit lain.
Kami tunggu naskah-naskah kreatif Anda!
=======================================================

Sunday, 20 January 2019

Sinopsis Novel When I Believe karya Heri Satria

Sinopsis novel "When I Believe"
"Tuhan selalu punya rencana yang lebih indah dari impianmu" adalah sebuah kalimat yang selalu memotivasi laki-laki bernama Reandra, ia tidak pernah menyerah meraih segala impiannya, meskipun keterbatasan ekonomi menjadi masalah terbesarnya untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi yang ia impikan.
Reandra, sosok yang begitu optimistis dan sangat mempercayai Tuhan dalam setiap perjalanan meraih impiannya, hingga pertemuannya dengan dua sahabatnya (Heldy dan Jay) yang sangat baik, membuat ia semakin percaya jika hal itu adalah sebuah rencana Tuhan.
Tahun pertamanya kuliah, ia mengagumi wanita bernama Aulia, sosok perempuan cantik dan sangat cerdas yang selalu meraih IPK tertinggi. Di semester akhir perkuliahan, Reandra mengetahui ternyata Aulia memiliki perasaan yang sama terhadapnya. Kemudian mereka semakin dekat dan mulai saling menyayangi. Namun Aulia yang merupakan kakak tingkatnya di kampus harus lulus lebih dulu dan kemudian memutuskan untuk kuliah ke luar negeri (Jerman).
Di saat yang bersamaan, ia bertemu dengan Mentari Jasmine, mahasiswa fakultas seni yang sedang melakukan penelitian di kota tempat Reandra tinggal. Persahabatan yang mereka jalin, malah membuat Mentari jatuh cinta kepadanya. Sementara Reandra yang mulai menemukan kenyamanan dari perhatian Mentari membuatnya harus mendebatkan hati dan logikanya untuk menyimpulkan apa yang ia rasakan.
"Apakah tentang dia yang selalu hadirkan rindu yang menyiksa, ataukah tentang dia yang selalu nyiptain rasa nyaman dalam gunda" -Reandra
Dalam perjalanan ia mengejar impiannya, ia harus kehilangan malaikatnya yaitu seorang ibu tercinta. Kala itu dia harus merasakan kesedihan yang bersamaan, karena dia pun gagal lulus beasiswa ke Berlin untuk menyusul Aulia disana. Namun, keadaan yang sulit itu pun ia terima dan jalani dengan lapang dada. Karena dia selalu percaya bahwa apapun yang dia jalani adalah sebuah rencana yang telah Tuhan atur dengan baik.
Beberapa bulan setelah itu, ia pun harus kehilangan sahabat terbaiknya, Heldy Ramdhan. Ia meninggal karena tumor otak yang telah lama ia derita, kesedihannya pun berlanjut. Kehadiran Mentari pun mampu mengobati perasaan sedih dan gundanya, bahkan Mentari tidak lupa memotivasinya untuk terus mengejar impiannya ke Berlin.
"Aku percaya, ketika kita mengalami kegagalan maupun kehilangan. Bukan berarti Tuhan tidak sayang, tapi Tuhan telah menyiapkan rencana terbaik di hari nanti" -Reandra
Setelah dua tahun tanpa kabar. Aulia kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan masternya, pada saat yang bersamaan juga Reandra mendapatkan tawaran untuk melanjutkan kuliahnya ke Berlin. Lalu apakah ia harus membuka kembali lembaran-lembaran masa lalunya ketika mereka bertemu lagi di acara reuni, ataukah ia akan memilih tawaran itu dan meninggalkan Aulia yang telah ia tunggu selama ini. Dan bagaimana dengan Mentari, apakah ia telah mampu menyimpulkan rasa yang selama ini mendebatkan hati dan logikanya?
Sebelum keberangkatannya ke Berlin, Aulia meminta Reandra untuk melamarnya karena kedua orang tua Aulia harus menjodohkannya dengan anak sahabat papanya, jika dalam waktu dekat Reandra tidak datang menemui kedua orang tuanya. Disisi lain, Reandra telah memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya ke luar negeri, hingga ia pun merelakan Aulia menikah dengan pilihan orang tuanya.
Pada akhirnya, di kota Berlin ia pun bertemu dengan Mentari setelah lama tanpa kabar. Pertemuan itu terjadi atas bantuan teman serumahnya Rudi Baskoro, mahasiswa Indonesia yang telah lama tinggal di Berlin. Pertemuan itu ternyata menumbuhkan benih-benih cinta yang sempat hilang, Reandra dan Mentari pun memutuskan untuk menjalin hubungan serius. Disamping itu juga, ia menerima berita bahagia dari adiknya, Ulin. Ia telah melahirkan putra pertamanya. Ulin telah menikah dengan Jay sebelum Reandra berangkat ke Berlin.
"Kita memang tidak pernah tahu, bagaimana rencana Tuhan. Tapi satu hal  yang aku percaya. Rencana Tuhan jauh lebih indah dari apa yang kita impikan" - Reandra

Saturday, 6 October 2018

PROBLEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA



PROBLEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI PRISMA PADA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DITINJAU DARI INDIKATOR PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS



OLEH

DESTI ATTAMI
( S851802007 )




PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2018






BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2007:79). Untuk mempengaruhi siswa dalam proses belajar tersebut diperlukan interaksi antara komponen-komponen pengajaran, salah satu komponen yang menduduki peranan penting adalah model pembelajaran yang digunakan oleh pendidik dalam proses belajar mengajar dan bagaimana cara siswa belajar itu sendiri.
National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) pada tahun 2000 (dalam Shadiq, 2004) merumuskan kemampuan pembelajaran matematika yang disebut mathematical power (daya matematika) meliputi: pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan bukti (reasoning and proof), komunikasi (communication), menghubungkan ide (connection), dan representatif (representations), NCTM menempatkan pemecahan masalah masalah sebagai urutan yang pertama dalam pembelajaran matematika.
Dilihat dari penjabaran diatas, kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan salah satu bagian utama yang hendak dicapai dalam tujuan pembelajaran matematika. Kemampuan pemecahan masalah bukan semata-mata bertujuan untuk mendapatkan jawaban yang benar, tetapi bagaimana siswa dapat mengkontruksi segala pengetahuan dan segala bentuk pemecahannya dengan cara rasional. Sumarmo dalam Lestari (2015: 48) berpendapat bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan kegiatan menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan membuktikan atau menciptakan atau menguji konjektur.
       Namun, pada kenyataannya kemampuan pemecahan masalah matematis di Indonesia masih tergolong rendah. Kenyataan di lapangan menunjukkan  bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, khususnya siswa SMP, masih rendah. Laporan TIMSS (Trends International Mathematics and Science Study) tahun 2011 (Sari, dkk, 2014:54) menunjukkan pembelajaran matematika cenderung berorientasi pada pemberian rumus, contoh soal dan latihan soal. Pada umumnya siswa lebih dominan berlatih mengerjakan soal rutin yang penyelesaiannya menggunakan rumus dan algoritma. Konsekuensinya jika siswa diberikan soal  non rutin atau bentuk pemecahan masalah masih dianggap sebagai soal yang rumit dan langka.
Diantara masalah yang timbul yaitu diantaranya diduga karena kurangnya pemahaman konsep siswa dan bagaimana strategi pemecahan suatu masalah  tentang satu pokok bahasan matematika, dalam hal ini pemakalah mengambil contoh tentang menyelesaikan soal cerita Luas Permukaan dan Volume Prisma, penulis sengaja mengangkat masalah tersebut karena ketika pemakalah pernah terjun langsung melihat aktivitas siswa di kelas pada saat PPL di SMP Negeri 30 Palembang dan sempat melaksanakaan penelitian mengenai materi Prisma di SMP Negeri 1 Babat Toman, Sumatera Selatan.
Pada umumnya, dalam mengerjakan latihan soal, siswa sering dihadapkan dengan soal yang bebentuk cerita dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, namun justru soal bentuk cerita itulah yang selalu tidak mudah dipahami atau keliru dalam menyusun alternatif jawabannya, terkhususnya dalam makalah ini yaitu mengenai dugaan-dugaan yang berkaitan kesulitan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah yang dikaitkan dengan ranah kognitif dan kemampuan pemecahan masalah matematis dalam bentuk soal cerita Luas Permukaan dan Volume Prisma.
Strategi pemecahan masalah menjadi titik utama yang harus diperhatikan, karena dengan pengetahuan mengenai strategi itulah siswa dapat mengimplementasikan ilmu pengetahuannya sehingga menjadi jawaban dan suatu proses penyelasaian masalah yang baik dan benar. Pada pandangan lain, pembelajaran yang bernuansa pemecahan masalah juga harus dirancang sedemikian rupa sehingga mampu merangsang siswa untuk berpikir dan mendorong menggunakan pikirannya secara sadar untuk memecahkan masalah. Pernyataan ini menujukkan bahwa perlunya metode, strategi, ataupun model pembelajaran yang mendukung proses berpikir secara sistematis, logis, serta menemukan kombinasi aturan-aturan yang dipelajarinya lebih dahulu yang digunakan untuk menyelesaikan masalah baru sehingga pada akhirnya menjadi satu kesatuan yang kompleks sebagai pekerjaan rumah bagi guru untuk membantu menyelesaikan problematika tersebut.

B.     Perumusan Masalah
1.      Apa saja dugaan-dugaan kesulitan yang dialami siswa pada soal cerita materi  Luas Permukaan dan Volume Prisma pada siswa tingkat Sekolah Menengah Pertama ditinjau dari indikator pemecahan masalah matematis?
2.      Bagaimana deskripsi alternatif penyelesaian atau solusi permasalahan soal cerita materi Luas Permukaan dan Volume Prisma dengan berpedoman pada indikator pemecahan masalah matematis.

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi Luas Permukaan dan Volume Prisma pada siswa tingkat Sekolah Menengah Pertama dan mendeskripsikan alternatif atau solusi permasalahan dengan menggunakan indikator pemecahan masalah matematis.

D. Manfaat Penulisan
1.      Bagi penulis, memberikan kesempatan penulis berfikir secara mendalam serta membiasakan penulis peka terhadap masalah-masalah kesulitan belajar yang dialami siswa dan menyiapkan penulis dalam memberikan solusi yang tepat dalam pemecahan masalah khususnya soal-soal matematika dalam bentuk bangun ruang.
2.      Bagi pembaca, memberikan wawasan baru dalam mengahadapi kesulitan belajar siswa dan cara mengatasinya, serta merangsang pembaca untuk peka terhadap kondisi siswa, dan sebagai sarana untuk meyampaikan informasi bahwasannya suatu penilaian dalam bidang matematika tidak berdiri secara partisi, namun berdiri secara kompleks, mulai dipandang dari segi kognitif, cara berfikir siswa, cara siswa menyusun strategi, sampai ke hasil yang diharapkan.
3.      Bagi Siswa, menjadi pedoman dalam belajar yang efektif dan efisien guna tercapainya kompetensi yang diharapkan, dan menjadi literatur bacaan bagaimana cara memcahkan suatu permasalahan matematika dengan lebih sistematis dan prosedural.














BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Soal Cerita
Seseorang dapat dikatakan memiliki kemampuan matematika apabila terampil dengan benar menyelesaikan soal matematika (Retna, dkk. 2013: 75). Salah satu bentuk soal matematika yaitu dalam bentuk soal cerita yang konteks permasalahannya dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari dan  merupakan modifikasi dari soal–soal hitungan yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa.
Soal cerita dapat disajikan dalam bentuk lisan maupun tulisan, soal cerita yang berbentuk tulisan berupa sebuah kalimat yang mengilustrasikan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari (Ashlock, 2003).
Maka pada makalah ini, penulis mencoba menyajikan salah satu contoh soal cerita materi volume dan luas permukaan prisma, lalu mendeskripsikan dugaan-dugaan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan permasalahan didalam soal cerita tersebut yang ditinjau dari indikator kemampuan pemecahan masalah matematis.
            Penulis tertarik menjabarkan atau mengupas masalah diatas dengan tinjauan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis, karena kontras dengan pendapat Jonassen dalam Wahyuddin (2016) yang mengungkapkan bahwa penyelesaian soal cerita merupakan kegiatan pemecahan masalah dan pemecahan masalah dalam suatu soal cerita matematika tersebut merupakan suatu proses yang berisikan langkah-langkah yang benar dan logis untuk mendapatkan penyelesaian.
Dalam menyelesaikan suatu soal cerita matematika bukan sekedar memperoleh hasil yang berupa jawaban dari hal yang ditanyakan, tetapi yang lebih penting siswa harus mengetahui dan memahami proses berpikir atau langkah-langkah untuk mendapatkan jawaban tersebut. Kemampuan menyelesaikan soal merupakan kemampuan yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan soal-soal matematika yang meliputi: (1) kemampuan menuliskan aspek yang diketahui, (2) kemampuan menuliskan aspek yang ditanyakan, (3) kemampuan membuat model matematika, (4) kemampuan menyelesaikan model matematika, dan (5) kemampuan menjawab pertanyaan soal (Polya dalam Aisyah, 2007).
B.     Penyelesaian Masalah Matematika
Menyelesaikan suatu masalah matematika artinya kita merujuk pada suatu kemampuan bagaimana rencana, cara/proses sehingga pada akhirnya mendapatkan kesimpulan akhir. Dalam makalah ini penulis mendeskripsikan bagaimana kesalahan dan juga kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika, lalu penulis mengkoreksi dan memandang bagaimana siswa menyelesaikan suatu permasalahan dari segi kemampuan matematisnya.
Kemampuan matematis didefinisikan oleh NCTM-National Council Of Teacher Of Mathematics (1999) sebagai, "Mathematical power includes the ability to explore, conjecture and reason logically to solve non-routine problems, to communicate about and through mathematics and to connect ideas within mathematics and between mathematics and other intellectual activity”. Kemampuan matematis adalah kemampuan untuk  menghadapi permasalahan, baik dalam matematika maupun kehidupan nyata. Kemampuan matematis terdiri dari: Penalaran matematis, komunikasi matematis, pemecahan masalah matematis, pemahaman konsep matematis, berpikir kreatif dan berpikir kritis. Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengkerucutkan penilaian atau error correction yang biasa dihadapi siswa pada soal cerita materi luas permukaan dan volume prisma dari segi kemampuan pemecahan masalah matematis, sehingga pada akhirnya diharapkan diperolehnya pemecahan masalah teresebut.
Didalam jurnal penelitan Novotna, J. et al (2014) mengutip pendapat  Polya (1945) dan Schoenfeld (1985) yang menyatakan, "........ Suggested several general strategies for solving word problem based on questions like: What is the uknown? What are the data? What are the conditions? Do you know a related problem that has already been solved? Prepare a plan for the solution”. Berdasarkan kajian literatur tersebut, secara garis besar artinya dalam pemecahan sebuah masalah langkah yang harus dilakukan yaitu  memahami masalah, apa yang menjadi permasalahan, menghubungkan  masalah yang sedang terjadi dengan masalah sebelumnya, selanjutnya merencanakan pemecahan dan tahap akhir yaitu melakukan perhitungan dan memeriksa kembali. Namun kemampuan tersebut masih sangat sulit untuk dimiliki oleh seorang siswa, padahal apabila seorang siswa paham mengenai bagaimana menyelesaikan suatu masalah secara baik dan sesuai runtut pengetahuan dan pemikiran radikal yang tinggi, siswa tersebut diharapkan akan mampu menyelesaikan setiap permasalahan matematika dengan baik dan benar.
C.     Kognitif Development
Sebelum mengupas lebih jauh, penulis menjelaskan bahwasannya terkait dengan materi Luas Permukaan dan Volume Prisma pada umumnya dipelajari pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VIII, maka dari itu penulis mencoba mengaitkan permasalahan utama yaitu kesulitan siswa dalam memecahkan suatu masalah matematika dengan Kognitif Development (Perkembangan Kognitif) sebagai pandangan tolak ukur kebiasaan siswa dan dideskripsikan kesulitan-kesulitan yang diduga dan biasa ditemukan pada siswa melalui indikator kemampuan pemecahan masalah matematis.
“..........One indication of this is that scores on intelligence test obtained over several years from the same individual fluctuate most during the period from twelve to fifteen years old” (Slavin, 11994: 97). Dari pernyataan tersebut slavin menjelaskan bahwa cara siswa menjawab suatu permasalahan juga tergantung pada usia, dimana suatu individu yang paling berfluktuasi itu terdapat pada rentang waktu dua belas hingga lima belas tahun atau biasa disebut dengan masa Adolenscense.
Pada masa remaja, kemampuan anak sudah semakin berkembang hingga memasuki tahap pemikiran operasional formal. Yaitu suatu tahap perkembangan kognitif yang dimulai pada usia kira-kira 11 dan 12 tahun dan terus berlanjut sampai usia remaja  sampai masa dewasa (Lerner & Hustlsch, 1983) dalam (Desmita, 2009). Pada masa remaja, anak sudah mampu berfikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang sudah tersedia.
Pada masa remaja, anak sudah mampu berfikir secara abstrak dan hipotesis, sehingga ia mampu berfikir apa yang terjadi atau apa yang akan terjadi. Mereka sudah mampu berfikir masa akan datang dan mampu menggunakan symbol untuk sesuatu benda yang belum diketahui. Sehingga bagi penulis, teori ini penting digunakan sebagai tolak ukur pengembangan alternatif/solusi dari permasalahan siswa yang akan dijelaskan pada bagian repair of error setiap point indikator pemecahan masalah matematis.
D.    Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kegagalan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah matematika dapat diartikan juga kegagalan siswa dalam ranah kemampuan pemecahan masalah matematis, Backup nya seperti yang telah penulis ungkapkan pada latar belakang penulisan makalah. Kata kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (sanggup untuk melakukan sesuatu), dapat. Kemampuan mendapat imbuhan ke-an menjadi kemampuan yang berarti kesanggupan, kecakapan,  kekuatan. Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan (Wikipedia Bahasa Indonesia). Sementara Polya (1985)  mengartikan pemecahan masalah sebagai suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai.
       “.........Siswa tidak dapat dikatakan telah mempelajari sesuatu yang bermanfaat kecuali mereka sanggup menggunakan informasi dan kemampuan untuk menyelesaikan soal” (Slavin, 2011:28). Kemampuan yang di maksud bukan hanya sekedar mampu untuk menemukan suatu jawaban yang dianggap benar dan berakhir pada saat itu saja. Siswa dianggap mampu memecahkan sebuah masalah artinya siswa juga mampu menunjukkan alur perjalanan darimana ia mampu mendapati suatu solusi tentunya dengan tahapan-tahapan dan proses yang logis.
       Pemecahan masalah merupakan proses menerapkan pengetahuan (knowledge) yang telah diperoleh siswa sebelumnya ke dalam situasi yang baru dan juga merupakan aktivitas yang sangat penting dalam pembelajaran matematika, karena tujuan belajar yang ingin dicapai dalam pemecahan masalah berkaitan dengan kehidupan sehari-hari (Susanto, 2013:195-196).  Sejalan dengan pendapat Wahyudin (didalam Argareta, 2014) bahwa pemecahan masalah bukan sekedar keterampilan untuk diajarkan dan digunakan dalam matematika tetapi juga merupakan keterampilan yang akan dibawa pada masalah-masalah keseharian siswa atau situasi-situasi pembuat keputusan, dengan demikian kemampuan pemecahan masalah membantu seseorang secara baik dalam dirinya.
       Berdasarkan pengertian pemecahan masalah dan langkah dalam pemecahan masalah dari berbagai sumber yang dipaparkan pada kajian literatur didalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan siswa dalam menyelesaikan berbagai masalah matematis tidak rutin dengan menggunakan strategi yang tepat meliputi kemampuan memahami masalah (understanding the problem), merencanakan strategi pemecahan masalah (devising plan), melakukan prosedur pemecahan masalah (carrying out the plan), memeriksa kembali langkah-langkah yang dilakukan (looking back).


E.     Luas Permukaan dan Volume Prisma
       Luas Permukaan Prisma
      Sama seperti kubus dan balok, asal usul menentukan luas permukaan prisma dapat dihitung menggunakan jaring-jaring prisma tersebut. Caranya adalah dengan menjumlahkan semua luas bangun datar pada jaring-jaring prisma.
 
Gambar 4: Model-model prisma (Kemendikbud, 2013)
      Balok merupakan salah satu contoh prisma segi empat, sehingga luas permukaan prisma bisa didapat dari luas permukaan balok. Perhatikan gambar di bawah ini, untuk luas permukaan prisma segi empat sama dengan luas permukaan balok, yaitu:
L = 2 (pl + pt + lt)
L = 2pl + 2pt + 2lt
L = 2pl + (2pt + 2lt)
L = 2 × Luas alas + (2p + 2l)t
L = 2 × Luas alas + Keliling alas × tinggi
Sehingga luas prisma secara umum adalah:


Contoh :
Gambar dibawah ini merupakan prisma tegak segitiga siku-siku . Tentukan luas permukaan prisma tersebut.
Penyelesaian:
Untuk mencari luas permukaan prisma segitiga  tersebut, terlebih dulu kita cari panjang semua alasnya, yaitu:
                                                
Sehingga,  
Jadi, Luas permukaan prisma tegak segitiga siku-siku adalah 108 cm2.
Volume Prisma                                 
Pengertian Volume Prisma
No
Prisma
Luas alas (
Ukuran
Volume (V)
1.       
2.       
3.       
Hubungan ini juga berlaku untuk setiap prisma, sehingga:
Volume = Luas alas × Tinggi
Contoh:
Sebuah prisma alasnya berbentuk segitiga dengan panjang sisi-sisinya 3 cm, 4 cm,dan 5 cm. Apabila tinggi prisma 10 cm, berapakah volume prisma ?
Penyelesaian:
Volume  = Luas alas × Tinggi
               =
               =   =
Jadi, volume prisma adalah
F.     Kesulitan Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika dalam bentuk Soal Cerita Materi Luas Permukaan dan Volume Prisma dan Alternatif Pemecahan Masalahnya.
Matematika merupakan suatu bidang ilmu yang kompleks dan sistematis menjadi satu kesatuan yang utuh, sehingga dalam proses penilaiannya pun tidak bisa dilakukan secara subjektif. Untuk mendapatkan jalan keluar dari suatu permasalahan matematika khususnya siswa dituntut untuk berfikir secara mendalam, menghubungkan antara satu ilmu dengan ilmu yang lain, harus mampu dalam berfikir secara radikal, spasial, geometris, mampu menerapkan konsep dan sampai ke dalam keterampilan dalam menghitung. Dalam makalah ini, penulis mencoba untuk menghubungkan kesulitan atau kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi luas permukaan dan volume prisma yang ditinjau dari salah satu kemampuan matematis yaitu kemampuan pemecahan masalah matematis, agar apa yang hendak diidentifikasi mengenai dugaan kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita materi luas permukaan dan volume prisma jelas apa yang dimaksudkan.
Untuk mencapai indikator-indikator pemecahan masalah matematis, Polya (1973:5) menyatakan ada empat tahap dalam pemecahan masalah, dan berikut kesalahan yang sering terjadi pada siswa:
1.      Memahami Masalah (Understanding The Problem); Menyatakan Masalah dengan Kata-Kata Sendiri dan Menemukan Informasi.
Kesalahan yang terjadi pada umumnya yaitu masalah yang menunjukkan bahwa siswa belum dapat memahami masalah yang diberikan sehingga jawaban yang ditulis siswa tidak mempunyai makna atau konsep apapun sehingga siswa cenderung tidak memberikan jawaban atas soal yang diberikan, diduga hal tersebut terjadi karena kurangnya kemampuan siswa dalam membaca informasi yang terdapat didalam soal cerita bentuk prisma tersebut dan siswa seringkali pada hakikatnya tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.
                        Misalkan berikut merupakan contoh bentuk soal cerita menentukan luas permukaan dan volume prisma, dan beberapa kesalahan yang sering tidak diperhatikan oleh siswa dalam konteks memahami masalah (Understanding the problem);
Code:” Main Example”
Sebuah  vas bunga berbentuk sebuah prisma segitiga tegak yang alasnya adalah segitiga siku-siku, dengan panjang rusuk alasnya 3cm, 4cm, dan 5cm dengan tinggi vas bunga adalah 12 cm. Hitunglah luas permukaan dan volume vas bunga tersebut.
Error Correction: Dalam menjawab soal cerita tersebut, biasanya permasalahan pada siswa yaitu siswa tidak memahami apa yang menjadi titik permasalahan, siswa seringkali keliru dalam mengkontekstualkan pertanyaan, merasa kesulitan dalam mengubah model matematika dan kesulitan tersebut diduga terjadi terhadap siswa dalam menghadapi soal berbentuk cerita karena kurangnya berlatih mengerjakan soal- soal cerita yang memerlukan langkah-langkah yang urut dan tepat dalam menyelesaikan soal tersebut, misalkan kurang memperhatikan tutup dan alas dari prisma yang diajukan pada pertanyaan, menyamaratakan rumus yang akan digunakan, maksudnya pada hal yang sebenarnya luas dari alas dan tutup prisma itu secara spasial menggunakan rumus yang susuai dengan bentuk geometri sisi datar dari alas prisma tersebut.
Dari penjabaran diatas, maka dugaan jawaban siswa dari soal “Main Example” adalah:
Diketahui:
Panjang rusuk = 3 cm, 4 cm, 5cm
Tinggi 12cm


?

Ditanya: Berapa luas permukaan dan volume vas bunga?
Misalkan pada Main Example diatas, terkadang siswa keliru dalam membedakan tinggi prisma dan tinggi alas prisma. Contoh kedua yaitu salah dalam mengilustrasikan gambar misalkan gambar sebuah tenda:




Pada tahap memahami masalah merupakan tahap awal pemicu terjadinya kesalahan apabila siswa tidak bisa mempunyai kemampuan  untuk mengilustrasikan konteks nyata dari soal cerita menjadi konteks geometri, sehingga diduga kesulitan yang akan terjadi yaitu siswa masih tidak bisa membedakan alas dari prisma misalkan siswa masih menggunakan luas sisi alas segitiga sama sisi padahal yang diketahui itu bentuk alas segitiga sama kaki.
Berikut ditunjukkan juga contoh lain kesalahan siswa yang bahkan tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal cerita, penulis mengambil dari arsip pekerjaan siswa SMP Negeri 30 Palembang, tempat dimana penulis pernah melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dalam menyelesaikan soal cerita Luas permukaan dan volume prisma pada bagian  memahami masalah (Understanding the problem);
Jadi disini sangat diperhatikan bagaimana cara siswa memandang permasalahan luas dan volume prisma tersebut dalam konteks dunia nyata sehingga ia mampu menngidentifikasikan apa yang ditanyakan, bagian-bagian apa yang diketahui, dan hubungan-hubungan secara terstruktur dalam langkah awal menyelesaikan masalah luas permukaan dan volume prisma tersebut.
Repaired: Jika dihubungkan dengan Cognitive Development, siswa yang menerima materi Luas Permukaan dan Volume Prisma ini sudah termasuk kedalam pribadi diri yang mampu berimajinasi dan mempunyai kemampuan spasial membayangkan imajinasi bangun ruang ke dalam ilustrasi gambar, menggambar suatu bangun ruang dengan tepat dan dan jelas sehingga mampu menganalisa dan membedakan bentuk gambar prisma. Maka dari itu perlu ditekankan kepada siswa mengenai bagaimana mampu dalam kemampuan pemecahan masalah matematis serta mengkontekstualkan nya, juga pada pembelajaran, proses latihan, hendaknya guru membantu siswa tersebut agar mampu mencapai apa yang diinginkan dalam proses belajar mengajar. Untuk partisi masalah tersebut maka dapat diselesaikan:
Siswa memahami masalah yaitu mengetahui :
1)      Informasi yang diketahui dari soal yaitu dapat dituliskan sebagai berikut.
       Vas bunga berbentuk prisma segitiga tegak dengan:
Panjang rusuk alas = 3 cm
Tinggi alas = 4cm
Panjang sisi miring = 5 cm
Tinggi prisma = 12 cm


2)      Apa yang ditanyakan dari soal yaitu: Berapa luas permukaan dan volume vas bunga?
Goal: Dengan begitu siswa pada result nya akan paham bahwa permasalahan diatas adalah salah satu contoh prisma dalam kehidupan sehari-hari yakni dengan langkah awal mengamati gambar lalu menjelaskan unsur-unsur yang diketahui.
2.      Membuat Rencana Pemecahan (Divising a Plan); Menuliskan Model Matematika.
Pada bagian Divising a plan artinya siswa sudah pada tahap merancang penyelesaian, namun pada bagian inilah yang pada umumnya siswa menemukan biggest point of matter atau point dari kesulitan siswa yang terkait dengan permasalahan soal cerita luas permukaan dan volume prisma. Pada tahap ini, biasanya siswa sudah mampu melewati tahap dimana siswa sudah menggunakan beberapa informasi, namun terkadang siswa belum mampu merencanakan dan menyelesaikan soal dengan baik.
Error Correction: Pada contoh soal cerita “Main Example”  diatas, pada umumnya siswa merasa kesulitan dalam mengorganisasikan pengetahuan yang ia miliki dan terkadang siswa juga lupa bahwasannya apabila luas sisi alas atau tutup prisma itu berbeda maka penyelesaian untuk luas tiap-tiap sisi tegaknya juga berbeda. Sebelum ke penyelesaian yang lebih mendalam maka siswa juga perlu memperbaiki cara berfikirnya ilustratifnya, harus mengamati unsur-unsur prisma yakni sisi tegak, sisi alas, dan sisi atas yang membatasi prisma tersebut.
Misalkan  pada main example diatas, siswa menuliskan
Kekeliruan tersebut terjadi karena siswa menganggap bahwa sisi setiap sisi alas mempunyai nilai yang sama, artinya siswa menganggap bahwa prisma tersebut layaknya prisma segitiga sama sisi. Padahal sejati dan sebenarnya prisma tersebut adalah prisma siku-siku yang setiap besaran dari sisi alasnya mempunyai nilai yang berbeda.
Repaired:
Langkah – langkah dalam menentukan luas permukaan vas bunga yaitu dengan memperhatikan setiap unsur-unsur dari prisma, setelah tahap memahami, maka selanjutnya siswa membuat strategi yang baik dan benar, sehingga langkah selanjutnya bisa diterima sebagai common sense yang rasional, sistematis, dan benar.
a.       Siswa dapat menentukan luas alas vas bunga;
Alas vas bunga tersebut berbentuk segitiga siku-siku, maka kita menggunakan rumus luas segitiga untuk mencari luas vas bunga yaitu perkalian antara alas segitiga dan tinggi segitiga dibagi dua yang dapat dituliskan sebagai berikut.
b.      Siswa dapat menentukan luas sisi tegak dari vas bunga, yaitu dengan mengalikan 3 sisi tegak dengan sisi alas dan tinggi vas bunga yang dapat dituliskan sebagai berikut.
c.       Siswa dapat menentukan luas permukaan dengan cara luas alas dikalikan dengan 1 saja (dikarenakan vas bunga hanya memiliki 1 buah alas yang berbentuk segitiga) lalu ditambahkan dengan luas sisi tegak, yang dapat dituliskan sebagai berikut.
d.      Siswa dapat menentukan volume prisma dengan cara luas alas dikalikan dengan tinggi prisma.
       
Goal: Pada akhirnya, apabila seorang siswa mampu merencanakan penyelesaian dalam hal ini yaitu soal cerita materi Luas permukaan dan Volume Prisma, maka setelah tahap ini diharapkan siswa dapat menafsirkan permasalahan dan menunjukkan kemampuan siswa dalam mengingat rumus bangun datar yang sudah ia pelajari sebelumnya, karena setiap penyelesaian harus dipandang secara kompleks, seperti apa yang di kemukakan oleh Inhelder and Piaget (Slavin, 1994: 97) that Adolescent assert, however, that experience with complex problems, the demands of formal instructions, and exchange and contradiction of ideas with peers are also necessary for formal operational reasoning to develop”.
3.      Melakukan Perhitungan (Carrying Out The Plan); Melaksanakan Rencana yang Telah dibuat.
Tahapan selanjutnya yaitu melakukan komputasi atau perhitungan, pada bagian ini memerlukan keterampilan siswa dalam menggunakan operasi hitung (penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian). Pada tahap ini, pada umumnya siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaiakan soal cerita, dikarenakan kurang telitinya siswa terhadap apa yang diperintahkan pada soal, selain itu siswa juga salah dalam menggunakan rumus, dan sikap yang tidak teliti dan cermat dalam melaksanakan perhitungan.
Error Correction: Pada Main Example, siswa melakukan kesalahan dalam penghitungan Luas alas, dimana siswa mengalami kekeliruan dalam menentukan atau memasukan nilai tinggi dari alas, misalkan:
Kesulitan siswa juga terletak dalam penulisan luas sehingga pada akhirnya siswa juga salah dalam mengubah satuan kedalam bentuk  Begitu juga dengan kesalahan satuan volume prisma, terkadang keliru antara satuan yang digunakan untuk menyatakan luas permukaan prisma dan volume prisma.
Repaired:
Langkah – langkah dalam menentukan luas permukaan dan volume vas bunga yaitu:
a.       Siswa dapat menentukan luas alas vas bunga;
b.      Siswa dapat menentukan luas sisi tegak;
c.       Siswa dapat menentukan Luas permuakaan prisma;
d.      Siswa dapat menentukan volume prisma dengan cara luas alas dikalikan dengan tinggi prisma.        

Goal: Kemampuan siswa dalam memasukkan nilai kedalam rumus sangat diperhatikan pada tahap ini, bagaimana keterampilan siswa berhitung dan juga mengharapkan siswa lebih kritis lagi dalam memahami unsur-unsur prisma yang diketahui dan menghubungkannya dengan rumus yang relevan.

4.      Memeriksa Kembali Hasil yang diperoleh (Looking Back).
Error and Repaired Correction: Pada tahap Looking back ini sebenarnya adalah tahap yang sederhana namun, seringkali dilupakan oleh siswa. Pada saat pemakalah melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PPL) di SMP Negeri 30 Palembang, pemakalah sering memperhatikan perilaku siswa yang pada umumnya lupa atau tidak sama sekali menuliskan kembali kesimpulan yang konteks yang ditanyakan. Misalkan pada Main example, siswa menuliskan kesimpulan jawaban dengan:
“Jadi, Luas permukaan prisma adalah
            Padahal jawaban yang benar yang sesuai dengan konteks permasalahan di soal cerita main example adalah:
“Jadi, Luas permukaan vas bunga adalah ”.
Begitupula dengan penulisan satuan antara luas permukaan prisma dan volume prisma, satuan diantara keduanya sering tertukar, diduga karena siswa kurang memahami unsur-unsur satuan dari apa yang diketahui dan apa yang dioperasikan. Misalkan “Jadi, Volume vas bunga tersebut adalah ” padahal untuk menyatakan volume dinyatakan dengan “Jadi, Volume vas bunga tersebut adalah .
Sejatinya hal tersebut diduga oleh dikarenakan siswa terkadang kurang teliti dan sikap terburu-buru dalam menyelesaikan soal, sehingga siswa terkadang lupa atau bahkan tidak sama sekali mengecek kembali peerjaannya.
Goal: Kemampuan looking back pada tahap ini sebenarnya menunjukkan seberapa jauh pemahaman siswa terhadap konteks permasalahan, sehingga pada tujuannya siswa dapat menuliskan kesimpulan dengan tepat dan benar.

















BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
1.      Kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika materi Luas Permukaan dan Volume Prisma diduga didasari oleh cara penyelesaian yang kurang sistematis dan prosedural sehingga siswa kurang memahami dan memaknai permasalahan matematika yang sedang dihadapi, ditinjau dari indikator pemecahan masalah matematis khususnya, siswa diduga mengalami kesulitan dalam membaca informasi yang ada didalam soal cerita dan mengilustrasikannya dalam bentuk geometri, kesulitan dalm mengorganisasikan informasi (unsur-unsur prisma dan rumus yang digunakan) yang ada pada soal cerita materi prisma sehingga kesulitan dalam membuat rencana pemecahan, kesalahan dalam perhitungan, dan kesulitan dalam mebiasakan memeriksa kembali hasil yang diperoleh.
Alternatif menyelesaikan permasalahan matematika bentuk soal cerita pada materi luas permukaan prisma dan volume prisma dapat diselesaikan dengan menggunakan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis, yakni memahami masalah (understanding the problem), merencanakan strategi pemecahan masalah (devising plan), melakukan prosedur pemecahan masalah (carrying out the plan), memeriksa kembali langkah-langkah yang dilakukan (looking back), sehingga siswa dapat mengerjakan soal cerita tersebut dengan cara terstuktur, tepat, sesuai konteks dan mendapatkan sasaran jawaban dan kesimpulan yang baik dan benar.


B.     Saran
1.      Melalui makalah ini, penulis ingin menyampaikan bahwa belajar matematika berarti belajar suatu bidang ilmu secara kompeherensif dan radikal, artinya dalam menyelesaikan suatu masalah harus didasarkan dengan pemikiran yang terkonsep dan berpikir hingga ke akar. Maka dari itu diharapkan bagi pembaca untuk mempelajari bagaimana cara menyelesaikan suatu masalah matematika dengan memperhatikan urutan-urtutan kemampuan matematis, termasuk didalamnya yaitu dengan cara menerapkan indikator pemecahan masalah matematis sebagai solusi yang tepat. Karena seyogya nya matematika bukanlah bidang ilmu yang berdiri sendiri dan praktis (mudah) dalam menyelesaikan suatu masalah.
2.      Sebaiknya guru senantiasa memperhatikan kesulitan-kesultan yang siswa alami ketika belajar matematika lalu mencari alternatif problematika yang dihadi oleh siswa, dengan cara menggunakan model pembelajaran yang tepat pada saat proses belajar mengajar misalnya.
3.      Bagi penulis, makalah ini sebagai acuan agar dapat menulis makalah yang lebih baik lagi, hingga dapat dijadikan studi kasus atau kasus awal dalam penelitian yang sebenarnya di masa yang akan datang.



















DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, N. & Hawa, S. (2007). Pengembangan pembelajaran matematika SD. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Ashlock. (2003). Guiding each child’s learning of mathematics. Colombus: Bell Company.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Lestari, Karunia Eka. 2015. Penerapan Model Pembelajaran M-APOS Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP”. Jurnal Pendidikan UNSIKA. 4(1). 48.
Polya, George. 1985. How To Solve it 2nd ed Princeton University Press, New Jersey.
Retna, Milda., Lailatul Mubarokah, dan Suhartatik. 2013. “Proses Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Berdasarkan Kemampuan Matematika (The Student Thinking Process in Solving Math Story Problem)”. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo. 1(2): 71-82
Sari, Shinta, dkk. 2014. “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matemaika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Tahun Pelajaran 2013/2014”. Jurnal Pendidikan Matematika. 3 (2). 54-55.
Slavin, Robert E. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik: Jilid 2 (Terjemahan Marianto Samosir). Jakarta: Indeks.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group.
Wahyuddin. 2016. “ Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Ditinjau dari Kemampuan Verbal”. Jurnal Tadris Matematika. 9 (2). 151.