PROBLEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN
SOAL CERITA MATERI PRISMA PADA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DITINJAU DARI
INDIKATOR PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS
OLEH
DESTI
ATTAMI
( S851802007 )
PROGRAM
PASCASARJANA
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
2018
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan
diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan
perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekuat
dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2007:79). Untuk mempengaruhi siswa dalam
proses belajar tersebut diperlukan interaksi antara komponen-komponen pengajaran,
salah satu komponen yang menduduki peranan penting adalah model pembelajaran
yang digunakan oleh pendidik dalam proses belajar mengajar dan bagaimana cara
siswa belajar itu sendiri.
National Council
of Teacher of Mathematics (NCTM) pada tahun 2000 (dalam
Shadiq, 2004) merumuskan kemampuan pembelajaran matematika yang disebut mathematical power (daya matematika)
meliputi: pemecahan masalah (problem
solving), penalaran dan bukti (reasoning
and proof), komunikasi (communication),
menghubungkan ide (connection), dan
representatif (representations), NCTM
menempatkan pemecahan masalah masalah sebagai urutan yang pertama dalam
pembelajaran matematika.
Dilihat dari penjabaran diatas, kemampuan pemecahan
masalah matematis merupakan salah satu bagian utama yang hendak dicapai dalam
tujuan pembelajaran matematika. Kemampuan pemecahan masalah bukan semata-mata
bertujuan untuk mendapatkan jawaban yang benar, tetapi bagaimana siswa dapat
mengkontruksi segala pengetahuan dan segala bentuk pemecahannya dengan cara
rasional. Sumarmo dalam Lestari (2015: 48) berpendapat bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan kegiatan
menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan
matematika dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan membuktikan atau
menciptakan atau menguji konjektur.
Namun, pada kenyataannya kemampuan
pemecahan masalah matematis di Indonesia masih tergolong rendah. Kenyataan di
lapangan menunjukkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa, khususnya siswa SMP, masih rendah. Laporan
TIMSS (Trends International Mathematics
and Science Study) tahun 2011 (Sari, dkk, 2014:54) menunjukkan pembelajaran
matematika cenderung berorientasi pada pemberian rumus, contoh soal dan latihan
soal. Pada umumnya siswa lebih dominan berlatih mengerjakan soal rutin yang
penyelesaiannya menggunakan rumus dan algoritma. Konsekuensinya jika siswa
diberikan soal non rutin atau bentuk
pemecahan masalah masih dianggap sebagai soal yang rumit dan langka.
Diantara masalah yang timbul yaitu diantaranya diduga
karena kurangnya pemahaman konsep siswa dan bagaimana strategi pemecahan suatu
masalah tentang satu pokok bahasan
matematika, dalam hal ini pemakalah mengambil contoh tentang menyelesaikan soal
cerita Luas Permukaan dan Volume Prisma, penulis sengaja mengangkat masalah
tersebut karena ketika pemakalah pernah terjun langsung melihat aktivitas siswa
di kelas pada saat PPL di SMP Negeri 30 Palembang dan sempat melaksanakaan
penelitian mengenai materi Prisma di SMP Negeri 1 Babat Toman, Sumatera Selatan.
Pada umumnya, dalam
mengerjakan latihan soal, siswa sering dihadapkan dengan soal yang bebentuk
cerita dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, namun justru soal bentuk
cerita itulah yang selalu tidak mudah dipahami atau keliru dalam menyusun
alternatif jawabannya, terkhususnya dalam makalah ini yaitu mengenai
dugaan-dugaan yang berkaitan kesulitan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah
yang dikaitkan dengan ranah kognitif dan kemampuan pemecahan
masalah matematis dalam bentuk soal cerita Luas Permukaan dan Volume Prisma.
Strategi
pemecahan masalah menjadi titik utama yang harus diperhatikan, karena dengan
pengetahuan mengenai strategi itulah siswa dapat mengimplementasikan ilmu
pengetahuannya sehingga menjadi jawaban dan suatu proses penyelasaian masalah
yang baik dan benar. Pada pandangan lain, pembelajaran yang bernuansa pemecahan
masalah juga harus dirancang sedemikian rupa sehingga mampu merangsang siswa
untuk berpikir dan mendorong menggunakan pikirannya secara sadar untuk
memecahkan masalah. Pernyataan ini menujukkan bahwa perlunya metode, strategi,
ataupun model pembelajaran yang mendukung proses berpikir secara sistematis,
logis, serta menemukan kombinasi aturan-aturan yang dipelajarinya lebih dahulu
yang digunakan untuk menyelesaikan masalah baru sehingga pada akhirnya menjadi
satu kesatuan yang kompleks sebagai pekerjaan rumah bagi guru untuk membantu
menyelesaikan problematika tersebut.
B.
Perumusan Masalah
1.
Apa
saja
dugaan-dugaan kesulitan yang dialami siswa pada soal cerita materi Luas Permukaan dan Volume Prisma pada siswa
tingkat Sekolah Menengah Pertama ditinjau dari indikator pemecahan masalah
matematis?
2.
Bagaimana deskripsi alternatif
penyelesaian atau solusi permasalahan soal cerita materi Luas Permukaan dan
Volume Prisma dengan berpedoman pada indikator pemecahan masalah matematis.
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan kesulitan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita materi Luas Permukaan dan Volume Prisma pada siswa tingkat Sekolah
Menengah Pertama dan mendeskripsikan alternatif atau solusi permasalahan dengan
menggunakan indikator pemecahan masalah matematis.
D.
Manfaat Penulisan
1.
Bagi
penulis, memberikan kesempatan penulis berfikir secara mendalam serta
membiasakan penulis peka terhadap masalah-masalah kesulitan belajar yang
dialami siswa dan menyiapkan penulis dalam memberikan solusi yang tepat dalam
pemecahan masalah khususnya soal-soal matematika dalam bentuk
bangun ruang.
2.
Bagi
pembaca, memberikan wawasan baru dalam mengahadapi kesulitan belajar siswa dan
cara mengatasinya, serta merangsang pembaca untuk peka terhadap kondisi siswa,
dan sebagai sarana untuk meyampaikan informasi bahwasannya suatu penilaian
dalam bidang matematika tidak berdiri secara partisi, namun berdiri secara
kompleks, mulai dipandang dari segi kognitif, cara berfikir siswa, cara siswa
menyusun strategi, sampai ke hasil yang diharapkan.
3.
Bagi
Siswa, menjadi pedoman dalam belajar yang efektif dan efisien guna tercapainya
kompetensi yang diharapkan, dan menjadi literatur bacaan
bagaimana cara memcahkan suatu permasalahan matematika dengan lebih sistematis
dan prosedural.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Soal Cerita
Seseorang dapat dikatakan memiliki kemampuan matematika apabila terampil
dengan benar menyelesaikan soal matematika (Retna, dkk. 2013: 75). Salah satu
bentuk soal matematika yaitu dalam bentuk soal cerita yang konteks
permasalahannya dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari dan merupakan modifikasi dari soal–soal hitungan
yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa.
Soal cerita dapat disajikan dalam bentuk lisan
maupun tulisan, soal cerita yang berbentuk tulisan berupa sebuah kalimat yang
mengilustrasikan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari (Ashlock, 2003).
Maka
pada makalah ini, penulis mencoba menyajikan salah satu contoh soal cerita
materi volume dan luas permukaan prisma, lalu mendeskripsikan dugaan-dugaan
kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan permasalahan didalam soal
cerita tersebut yang ditinjau dari indikator kemampuan pemecahan masalah
matematis.
Penulis tertarik menjabarkan atau
mengupas masalah diatas dengan tinjauan indikator kemampuan pemecahan masalah
matematis, karena kontras dengan pendapat Jonassen dalam Wahyuddin (2016) yang
mengungkapkan bahwa penyelesaian soal cerita merupakan kegiatan pemecahan
masalah dan pemecahan masalah dalam suatu soal cerita matematika tersebut merupakan
suatu proses yang berisikan langkah-langkah yang benar dan logis untuk
mendapatkan penyelesaian.
Dalam menyelesaikan suatu soal cerita
matematika bukan sekedar memperoleh hasil yang berupa jawaban dari hal yang
ditanyakan, tetapi yang lebih penting siswa harus mengetahui dan memahami
proses berpikir atau langkah-langkah untuk mendapatkan jawaban tersebut. Kemampuan menyelesaikan soal merupakan kemampuan yang
dimiliki siswa untuk menyelesaikan soal-soal matematika yang meliputi: (1)
kemampuan menuliskan aspek yang diketahui, (2) kemampuan menuliskan aspek yang
ditanyakan, (3) kemampuan membuat model matematika, (4) kemampuan menyelesaikan
model matematika, dan (5) kemampuan menjawab pertanyaan soal (Polya dalam
Aisyah, 2007).
B. Penyelesaian Masalah Matematika
Menyelesaikan suatu masalah matematika artinya kita
merujuk pada suatu kemampuan bagaimana rencana, cara/proses sehingga pada
akhirnya mendapatkan kesimpulan akhir. Dalam makalah ini penulis
mendeskripsikan bagaimana kesalahan dan juga kesulitan siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika, lalu penulis mengkoreksi dan memandang
bagaimana siswa menyelesaikan suatu permasalahan dari segi kemampuan
matematisnya.
Kemampuan matematis didefinisikan oleh NCTM-National Council Of Teacher Of Mathematics
(1999) sebagai, "Mathematical power
includes the ability to explore, conjecture and reason logically to solve
non-routine problems, to communicate about and through mathematics and to
connect ideas within mathematics and between mathematics and other intellectual
activity”. Kemampuan matematis adalah kemampuan untuk menghadapi
permasalahan, baik dalam matematika maupun kehidupan nyata. Kemampuan matematis
terdiri dari: Penalaran matematis, komunikasi matematis, pemecahan masalah
matematis, pemahaman konsep matematis, berpikir kreatif dan berpikir kritis. Maka
dari itu, penulis tertarik untuk mengkerucutkan penilaian atau error correction yang biasa dihadapi
siswa pada soal cerita materi luas permukaan dan volume prisma dari segi kemampuan
pemecahan masalah matematis, sehingga pada akhirnya diharapkan diperolehnya
pemecahan masalah teresebut.
Didalam jurnal penelitan Novotna, J. et al
(2014) mengutip pendapat Polya
(1945) dan Schoenfeld (1985) yang menyatakan, "........ Suggested several general strategies for
solving word problem based on questions like: What is the uknown? What are the
data? What are the conditions? Do you know a related problem that has already been
solved? Prepare a plan for the solution”. Berdasarkan kajian literatur
tersebut, secara garis besar artinya dalam pemecahan sebuah masalah langkah
yang harus dilakukan yaitu memahami
masalah, apa yang menjadi permasalahan, menghubungkan masalah yang sedang terjadi dengan masalah
sebelumnya, selanjutnya merencanakan pemecahan dan tahap akhir yaitu melakukan
perhitungan dan memeriksa kembali. Namun kemampuan tersebut masih sangat sulit
untuk dimiliki oleh seorang siswa, padahal apabila seorang siswa paham mengenai
bagaimana menyelesaikan suatu masalah secara baik dan sesuai runtut pengetahuan
dan pemikiran radikal yang tinggi, siswa tersebut diharapkan akan mampu
menyelesaikan setiap permasalahan matematika dengan baik dan benar.
C.
Kognitif Development
Sebelum mengupas lebih jauh, penulis menjelaskan bahwasannya terkait dengan
materi Luas Permukaan dan Volume Prisma pada umumnya dipelajari pada siswa
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VIII, maka dari itu penulis mencoba
mengaitkan permasalahan utama yaitu kesulitan siswa dalam memecahkan suatu
masalah matematika dengan Kognitif
Development (Perkembangan Kognitif) sebagai pandangan tolak ukur kebiasaan
siswa dan dideskripsikan kesulitan-kesulitan yang diduga dan biasa ditemukan
pada siswa melalui indikator kemampuan pemecahan masalah matematis.
“..........One indication of this is that scores on
intelligence test obtained over several years from the same individual
fluctuate most during the period from twelve to fifteen years old” (Slavin,
11994: 97). Dari pernyataan tersebut slavin menjelaskan bahwa cara siswa
menjawab suatu permasalahan juga tergantung pada usia, dimana suatu individu
yang paling berfluktuasi itu terdapat pada rentang waktu dua belas hingga lima
belas tahun atau biasa disebut dengan masa Adolenscense.
Pada masa remaja, kemampuan anak sudah semakin berkembang hingga memasuki
tahap pemikiran operasional formal. Yaitu suatu tahap perkembangan kognitif
yang dimulai pada usia kira-kira 11 dan 12 tahun dan terus berlanjut sampai
usia remaja sampai masa dewasa (Lerner & Hustlsch, 1983) dalam
(Desmita, 2009). Pada masa remaja, anak sudah mampu berfikir secara abstrak,
menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang sudah
tersedia.
Pada masa remaja, anak sudah mampu berfikir secara abstrak dan hipotesis,
sehingga ia mampu berfikir apa yang terjadi atau apa yang akan terjadi. Mereka
sudah mampu berfikir masa akan datang dan mampu menggunakan symbol untuk
sesuatu benda yang belum diketahui. Sehingga bagi penulis, teori ini penting
digunakan sebagai tolak ukur pengembangan alternatif/solusi dari permasalahan
siswa yang akan dijelaskan pada bagian repair
of error setiap point indikator pemecahan masalah matematis.
D. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kegagalan siswa dalam menyelesaikan
suatu masalah matematika dapat diartikan juga kegagalan siswa dalam ranah
kemampuan pemecahan masalah matematis, Backup
nya seperti yang telah penulis ungkapkan pada latar belakang penulisan
makalah. Kata kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (sanggup
untuk melakukan sesuatu), dapat. Kemampuan mendapat imbuhan ke-an menjadi
kemampuan yang berarti kesanggupan, kecakapan,
kekuatan. Kemampuan adalah kapasitas
seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan (Wikipedia
Bahasa Indonesia). Sementara Polya (1985)
mengartikan pemecahan masalah sebagai suatu usaha untuk mencari jalan
keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera
dapat dicapai.
“.........Siswa tidak dapat dikatakan
telah mempelajari sesuatu yang bermanfaat kecuali mereka sanggup menggunakan
informasi dan kemampuan untuk menyelesaikan soal” (Slavin, 2011:28). Kemampuan yang di maksud bukan hanya sekedar mampu
untuk menemukan suatu jawaban yang dianggap benar dan berakhir pada saat itu
saja. Siswa dianggap mampu memecahkan sebuah masalah artinya siswa juga mampu
menunjukkan alur perjalanan darimana ia mampu mendapati suatu solusi tentunya
dengan tahapan-tahapan dan proses yang logis.
Pemecahan masalah merupakan proses
menerapkan pengetahuan (knowledge)
yang telah diperoleh siswa sebelumnya ke dalam situasi yang baru dan juga
merupakan aktivitas yang sangat penting dalam pembelajaran matematika, karena
tujuan belajar yang ingin dicapai dalam pemecahan masalah berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari (Susanto, 2013:195-196).
Sejalan dengan pendapat Wahyudin (didalam Argareta, 2014) bahwa
pemecahan masalah bukan sekedar keterampilan untuk diajarkan dan digunakan
dalam matematika tetapi juga merupakan keterampilan yang akan dibawa pada
masalah-masalah keseharian siswa atau situasi-situasi pembuat keputusan, dengan
demikian kemampuan pemecahan masalah membantu seseorang secara baik dalam
dirinya.
Berdasarkan pengertian pemecahan masalah
dan langkah dalam pemecahan masalah dari berbagai sumber yang dipaparkan pada
kajian literatur didalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
berbagai masalah matematis tidak rutin dengan menggunakan strategi yang tepat
meliputi kemampuan memahami masalah (understanding
the problem), merencanakan strategi pemecahan masalah (devising plan), melakukan prosedur pemecahan masalah (carrying out the plan), memeriksa
kembali langkah-langkah yang dilakukan (looking
back).
E. Luas Permukaan dan Volume Prisma
Luas Permukaan Prisma
Sama seperti kubus dan balok, asal usul
menentukan luas permukaan prisma dapat dihitung menggunakan jaring-jaring
prisma tersebut. Caranya adalah dengan menjumlahkan semua luas bangun datar
pada jaring-jaring prisma.
Gambar 4: Model-model prisma (Kemendikbud, 2013)
Balok merupakan salah satu contoh prisma
segi empat, sehingga luas permukaan prisma bisa didapat dari luas permukaan
balok. Perhatikan gambar di bawah ini, untuk luas permukaan prisma segi empat
sama dengan luas permukaan balok, yaitu:
L = 2 (pl + pt + lt)
L = 2pl + 2pt + 2lt
L = 2pl + (2pt + 2lt)
L = 2 × Luas alas + (2p + 2l)t
L = 2 × Luas alas + Keliling alas × tinggi
Sehingga luas prisma secara umum adalah:
|
|
Contoh
:
Gambar
dibawah ini merupakan prisma tegak segitiga siku-siku . Tentukan luas permukaan
prisma tersebut.
Penyelesaian:
Untuk mencari luas permukaan
prisma segitiga tersebut, terlebih
dulu kita cari panjang semua alasnya, yaitu:
Sehingga,
|
|
Jadi, Luas permukaan
prisma tegak segitiga siku-siku adalah 108 cm2.
Volume
Prisma
Pengertian Volume Prisma
No
|
Prisma
|
Luas alas (
|
Ukuran
|
Volume (V)
|
1.
|
|
|
|
|
2.
|
|
|
|
|
3.
|
|
|
|
|
Hubungan ini juga berlaku untuk setiap prisma, sehingga:
Volume = Luas alas × Tinggi
|
Contoh:
Sebuah
prisma alasnya berbentuk segitiga dengan panjang sisi-sisinya 3 cm, 4 cm,dan 5
cm. Apabila tinggi prisma 10 cm, berapakah volume prisma ?
Penyelesaian:
Volume = Luas alas × Tinggi
=
=
=
Jadi, volume prisma adalah
|
|
F. Kesulitan Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika
dalam bentuk Soal Cerita Materi Luas Permukaan dan Volume Prisma dan Alternatif
Pemecahan Masalahnya.
Matematika merupakan suatu bidang ilmu yang kompleks dan sistematis menjadi
satu kesatuan yang utuh, sehingga dalam proses penilaiannya pun tidak bisa dilakukan
secara subjektif. Untuk mendapatkan jalan keluar dari suatu permasalahan matematika
khususnya siswa dituntut untuk berfikir secara mendalam, menghubungkan antara
satu ilmu dengan ilmu yang lain, harus mampu dalam berfikir secara radikal,
spasial, geometris, mampu menerapkan konsep dan sampai ke dalam keterampilan
dalam menghitung. Dalam makalah ini, penulis mencoba untuk menghubungkan
kesulitan atau kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi luas
permukaan dan volume prisma yang ditinjau dari salah satu kemampuan matematis
yaitu kemampuan pemecahan masalah matematis, agar apa yang hendak
diidentifikasi mengenai dugaan kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita materi
luas permukaan dan volume prisma jelas apa yang dimaksudkan.
Untuk mencapai indikator-indikator
pemecahan masalah matematis, Polya (1973:5) menyatakan ada empat tahap dalam
pemecahan masalah, dan berikut kesalahan yang sering terjadi pada siswa:
1. Memahami
Masalah (Understanding The Problem);
Menyatakan Masalah dengan Kata-Kata Sendiri dan Menemukan Informasi.
Kesalahan yang terjadi pada umumnya
yaitu masalah yang
menunjukkan bahwa siswa belum dapat memahami masalah yang diberikan sehingga
jawaban yang ditulis siswa tidak mempunyai makna atau konsep apapun sehingga
siswa cenderung tidak memberikan jawaban atas soal yang diberikan, diduga hal
tersebut terjadi karena kurangnya kemampuan siswa dalam membaca informasi yang
terdapat didalam soal cerita bentuk prisma tersebut dan siswa seringkali pada
hakikatnya tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.
Misalkan berikut
merupakan contoh bentuk soal cerita menentukan luas permukaan dan volume
prisma, dan beberapa kesalahan yang sering tidak diperhatikan oleh siswa dalam
konteks memahami masalah (Understanding
the problem);
Code:” Main
Example”
|
Sebuah vas
bunga berbentuk sebuah prisma segitiga tegak yang alasnya adalah segitiga
siku-siku, dengan panjang rusuk alasnya 3cm, 4cm, dan 5cm dengan tinggi vas
bunga adalah 12 cm. Hitunglah luas permukaan dan volume vas bunga tersebut.
|
Error
Correction: Dalam menjawab soal cerita tersebut, biasanya
permasalahan pada siswa yaitu siswa tidak memahami apa yang menjadi titik
permasalahan, siswa seringkali keliru dalam mengkontekstualkan pertanyaan,
merasa kesulitan dalam mengubah model matematika dan kesulitan tersebut diduga
terjadi terhadap siswa dalam menghadapi soal berbentuk cerita karena kurangnya
berlatih mengerjakan soal- soal cerita yang memerlukan langkah-langkah yang
urut dan tepat dalam menyelesaikan soal tersebut, misalkan kurang memperhatikan
tutup dan alas dari prisma yang diajukan pada pertanyaan, menyamaratakan rumus
yang akan digunakan, maksudnya pada hal yang sebenarnya luas dari alas dan
tutup prisma itu secara spasial menggunakan rumus yang susuai dengan bentuk
geometri sisi datar dari alas prisma tersebut.
Dari
penjabaran diatas, maka dugaan jawaban siswa dari soal “Main Example” adalah:
Diketahui:
Panjang rusuk = 3 cm, 4
cm, 5cm
Tinggi 12cm
Ditanya: Berapa luas permukaan dan
volume vas bunga?
Misalkan pada Main
Example diatas, terkadang siswa keliru dalam membedakan tinggi prisma dan
tinggi alas prisma. Contoh kedua yaitu salah dalam mengilustrasikan gambar
misalkan gambar sebuah tenda:
Pada tahap memahami masalah merupakan tahap awal
pemicu terjadinya kesalahan apabila siswa tidak bisa mempunyai kemampuan untuk mengilustrasikan konteks nyata dari
soal cerita menjadi konteks geometri, sehingga diduga kesulitan yang akan
terjadi yaitu siswa masih tidak bisa membedakan alas dari prisma misalkan siswa
masih menggunakan luas sisi alas segitiga sama sisi padahal yang diketahui itu
bentuk alas segitiga sama kaki.
Berikut ditunjukkan juga contoh lain kesalahan siswa
yang bahkan tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari
soal cerita, penulis mengambil dari arsip pekerjaan siswa SMP Negeri 30
Palembang, tempat dimana penulis pernah melaksanakan Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL) dalam menyelesaikan soal cerita Luas permukaan dan volume prisma
pada bagian memahami masalah (Understanding the problem);
Jadi disini sangat diperhatikan bagaimana cara siswa
memandang permasalahan luas dan volume prisma tersebut dalam konteks dunia
nyata sehingga ia mampu menngidentifikasikan apa yang ditanyakan, bagian-bagian
apa yang diketahui, dan hubungan-hubungan secara terstruktur dalam langkah awal
menyelesaikan masalah luas permukaan dan volume prisma tersebut.
Repaired: Jika dihubungkan dengan Cognitive Development, siswa yang menerima materi Luas Permukaan
dan Volume Prisma ini sudah termasuk kedalam pribadi diri yang mampu
berimajinasi dan mempunyai kemampuan spasial membayangkan imajinasi bangun
ruang ke dalam ilustrasi gambar, menggambar suatu bangun ruang dengan tepat dan
dan jelas sehingga mampu menganalisa dan membedakan bentuk gambar prisma. Maka
dari itu perlu ditekankan kepada siswa mengenai bagaimana mampu dalam kemampuan
pemecahan masalah matematis serta mengkontekstualkan nya, juga pada
pembelajaran, proses latihan, hendaknya guru membantu siswa tersebut agar mampu
mencapai apa yang diinginkan dalam proses belajar mengajar. Untuk partisi
masalah tersebut maka dapat diselesaikan:
Siswa
memahami masalah yaitu mengetahui :
1) Informasi
yang diketahui dari soal yaitu dapat dituliskan sebagai berikut.
Vas bunga berbentuk prisma segitiga tegak dengan:
Panjang rusuk alas = 3
cm
Tinggi alas = 4cm
Panjang sisi miring = 5
cm
Tinggi prisma = 12 cm
2) Apa
yang ditanyakan dari soal yaitu: Berapa luas permukaan dan volume vas bunga?
Goal: Dengan begitu siswa pada result nya akan paham bahwa permasalahan
diatas adalah salah satu contoh prisma dalam kehidupan sehari-hari yakni dengan
langkah awal mengamati gambar lalu menjelaskan unsur-unsur yang diketahui.
2. Membuat
Rencana Pemecahan (Divising a Plan); Menuliskan
Model Matematika.
Pada
bagian Divising a plan artinya siswa
sudah pada tahap merancang penyelesaian, namun pada bagian inilah yang pada
umumnya siswa menemukan biggest point
of matter atau point dari kesulitan
siswa yang terkait dengan permasalahan soal cerita luas permukaan dan volume
prisma. Pada tahap ini, biasanya siswa sudah mampu melewati tahap dimana siswa
sudah menggunakan beberapa informasi, namun terkadang siswa belum mampu merencanakan
dan menyelesaikan soal dengan baik.
Error
Correction: Pada contoh soal cerita “Main Example” diatas, pada umumnya siswa merasa kesulitan
dalam mengorganisasikan pengetahuan yang ia miliki dan terkadang siswa juga lupa
bahwasannya apabila luas sisi alas atau tutup prisma itu berbeda maka
penyelesaian untuk luas tiap-tiap sisi tegaknya juga berbeda. Sebelum ke
penyelesaian yang lebih mendalam maka siswa juga perlu memperbaiki cara
berfikirnya ilustratifnya, harus mengamati unsur-unsur prisma yakni sisi tegak,
sisi alas, dan sisi atas yang membatasi prisma tersebut.
Misalkan pada main
example diatas, siswa menuliskan
Kekeliruan tersebut
terjadi karena siswa menganggap bahwa sisi setiap sisi alas mempunyai nilai
yang sama, artinya siswa menganggap bahwa prisma tersebut layaknya prisma
segitiga sama sisi. Padahal sejati dan sebenarnya prisma tersebut adalah prisma
siku-siku yang setiap besaran dari sisi alasnya mempunyai nilai yang berbeda.
Repaired:
Langkah
– langkah dalam menentukan luas permukaan vas bunga yaitu dengan memperhatikan
setiap unsur-unsur dari prisma, setelah tahap memahami, maka selanjutnya siswa
membuat strategi yang baik dan benar, sehingga langkah selanjutnya bisa
diterima sebagai common sense yang
rasional, sistematis, dan benar.
a. Siswa
dapat menentukan luas alas vas bunga;
Alas vas bunga tersebut
berbentuk segitiga siku-siku, maka kita menggunakan rumus luas segitiga untuk
mencari luas vas bunga yaitu perkalian antara alas segitiga dan tinggi segitiga
dibagi dua yang dapat dituliskan sebagai berikut.
b. Siswa
dapat menentukan luas sisi tegak dari vas bunga,
yaitu dengan mengalikan 3 sisi tegak dengan sisi alas dan tinggi vas
bunga
yang dapat dituliskan sebagai berikut.
c. Siswa
dapat menentukan luas permukaan dengan cara luas alas dikalikan dengan 1 saja
(dikarenakan vas bunga hanya memiliki 1 buah alas yang berbentuk segitiga) lalu
ditambahkan dengan luas sisi tegak, yang dapat dituliskan sebagai berikut.
d. Siswa
dapat menentukan volume prisma dengan cara luas alas
dikalikan dengan tinggi prisma.
Goal:
Pada
akhirnya, apabila seorang siswa mampu merencanakan penyelesaian dalam hal ini
yaitu soal cerita materi Luas permukaan dan Volume Prisma, maka setelah tahap
ini diharapkan siswa dapat menafsirkan permasalahan dan menunjukkan kemampuan
siswa dalam mengingat rumus bangun datar yang sudah ia pelajari sebelumnya,
karena setiap penyelesaian harus dipandang secara kompleks, seperti apa yang di
kemukakan oleh Inhelder and Piaget (Slavin, 1994: 97) that Adolescent assert, however, that experience with complex problems,
the demands of formal instructions, and exchange and contradiction of ideas
with peers are also necessary for formal operational reasoning to develop”.
3. Melakukan
Perhitungan (Carrying Out The Plan);
Melaksanakan Rencana yang Telah dibuat.
Tahapan selanjutnya yaitu melakukan komputasi atau
perhitungan, pada bagian ini memerlukan keterampilan siswa dalam menggunakan
operasi hitung (penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian). Pada tahap
ini, pada umumnya siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaiakan soal cerita,
dikarenakan kurang telitinya siswa terhadap apa yang diperintahkan pada soal,
selain itu siswa juga salah dalam menggunakan rumus, dan sikap yang tidak
teliti dan cermat dalam melaksanakan perhitungan.
Error
Correction: Pada Main Example, siswa melakukan kesalahan dalam penghitungan Luas
alas, dimana siswa mengalami kekeliruan dalam menentukan atau memasukan nilai
tinggi dari alas, misalkan:
Kesulitan
siswa juga terletak dalam penulisan luas sehingga pada akhirnya siswa juga
salah dalam mengubah satuan kedalam bentuk
Begitu juga dengan kesalahan satuan volume
prisma, terkadang keliru antara satuan yang digunakan untuk menyatakan luas
permukaan prisma dan volume prisma.
Repaired:
Langkah
– langkah dalam menentukan luas permukaan dan volume vas bunga yaitu:
a. Siswa
dapat menentukan luas alas vas bunga;
b. Siswa
dapat menentukan luas sisi tegak;
c. Siswa
dapat menentukan Luas permuakaan prisma;
d. Siswa
dapat menentukan volume prisma dengan cara luas alas
dikalikan dengan tinggi prisma.
Goal:
Kemampuan
siswa dalam memasukkan nilai kedalam rumus sangat diperhatikan pada tahap ini,
bagaimana keterampilan siswa berhitung dan juga mengharapkan siswa lebih kritis
lagi dalam memahami unsur-unsur prisma yang diketahui dan menghubungkannya
dengan rumus yang relevan.
4. Memeriksa
Kembali Hasil yang diperoleh (Looking
Back).
Error
and Repaired Correction: Pada tahap Looking back
ini sebenarnya adalah tahap yang sederhana namun, seringkali dilupakan oleh
siswa. Pada saat pemakalah melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PPL) di SMP
Negeri 30 Palembang, pemakalah sering memperhatikan perilaku siswa yang pada
umumnya lupa atau tidak sama sekali menuliskan kembali kesimpulan yang konteks
yang ditanyakan. Misalkan pada Main
example, siswa menuliskan kesimpulan jawaban dengan:
“Jadi, Luas permukaan prisma
adalah
”
Padahal jawaban yang benar yang
sesuai dengan konteks permasalahan di soal cerita main example adalah:
“Jadi, Luas permukaan vas
bunga adalah
”.
Begitupula dengan penulisan satuan antara luas permukaan prisma
dan volume prisma, satuan diantara keduanya sering tertukar, diduga karena
siswa kurang memahami unsur-unsur satuan dari apa yang diketahui dan apa yang
dioperasikan. Misalkan “Jadi, Volume vas bunga tersebut adalah
” padahal untuk menyatakan volume
dinyatakan dengan “Jadi, Volume vas bunga tersebut adalah
.
Sejatinya
hal tersebut diduga oleh dikarenakan siswa terkadang kurang teliti dan sikap
terburu-buru dalam menyelesaikan soal, sehingga siswa terkadang lupa atau
bahkan tidak sama sekali mengecek kembali peerjaannya.
Goal:
Kemampuan
looking back pada tahap ini
sebenarnya menunjukkan seberapa jauh pemahaman siswa terhadap konteks
permasalahan, sehingga pada tujuannya siswa dapat menuliskan kesimpulan dengan
tepat dan benar.
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Kesulitan
siswa dalam menyelesaikan masalah matematika materi Luas Permukaan dan Volume
Prisma diduga didasari oleh cara penyelesaian yang kurang sistematis dan
prosedural sehingga siswa kurang memahami dan memaknai permasalahan matematika
yang sedang dihadapi, ditinjau dari indikator pemecahan masalah matematis
khususnya, siswa diduga mengalami kesulitan dalam membaca informasi yang ada
didalam soal cerita dan mengilustrasikannya dalam bentuk geometri, kesulitan
dalm mengorganisasikan informasi (unsur-unsur prisma dan rumus yang digunakan)
yang ada pada soal cerita materi prisma sehingga kesulitan dalam membuat
rencana pemecahan, kesalahan dalam perhitungan, dan kesulitan dalam mebiasakan
memeriksa kembali hasil yang diperoleh.
Alternatif
menyelesaikan permasalahan matematika bentuk soal cerita pada materi luas
permukaan prisma dan volume prisma dapat diselesaikan dengan menggunakan
indikator kemampuan pemecahan masalah matematis, yakni memahami masalah (understanding the problem), merencanakan
strategi pemecahan masalah (devising plan),
melakukan prosedur pemecahan masalah (carrying
out the plan), memeriksa kembali langkah-langkah yang dilakukan (looking back), sehingga siswa dapat
mengerjakan soal cerita tersebut dengan cara terstuktur, tepat, sesuai konteks
dan mendapatkan sasaran jawaban dan kesimpulan yang baik dan benar.
B. Saran
1.
Melalui makalah ini, penulis ingin menyampaikan bahwa
belajar matematika berarti belajar suatu bidang ilmu secara kompeherensif dan
radikal, artinya dalam menyelesaikan suatu masalah harus didasarkan dengan
pemikiran yang terkonsep dan berpikir hingga ke akar. Maka dari itu diharapkan
bagi pembaca untuk mempelajari bagaimana cara menyelesaikan suatu masalah
matematika dengan memperhatikan urutan-urtutan kemampuan matematis, termasuk
didalamnya yaitu dengan cara menerapkan indikator pemecahan masalah matematis
sebagai solusi yang tepat. Karena seyogya nya matematika bukanlah bidang ilmu
yang berdiri sendiri dan praktis (mudah) dalam menyelesaikan suatu masalah.
2.
Sebaiknya guru senantiasa memperhatikan
kesulitan-kesultan yang siswa alami ketika belajar matematika lalu mencari
alternatif problematika yang dihadi oleh siswa, dengan cara menggunakan model
pembelajaran yang tepat pada saat proses belajar mengajar misalnya.
3.
Bagi penulis, makalah ini sebagai acuan agar dapat
menulis makalah yang lebih baik lagi, hingga dapat dijadikan studi kasus atau
kasus awal dalam penelitian yang sebenarnya di masa yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Aisyah,
N. & Hawa, S. (2007). Pengembangan pembelajaran matematika SD.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Ashlock. (2003). Guiding
each child’s learning of mathematics. Colombus: Bell Company.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Hamalik,
Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Lestari,
Karunia Eka. 2015. Penerapan Model Pembelajaran M-APOS Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP”. Jurnal Pendidikan UNSIKA.
4(1). 48.
Polya,
George. 1985. How To Solve it 2nd ed
Princeton University Press, New Jersey.
Retna,
Milda., Lailatul Mubarokah, dan Suhartatik. 2013. “Proses Berpikir Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Berdasarkan Kemampuan Matematika (The
Student Thinking Process in Solving Math Story Problem)”. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo. 1(2): 71-82
Sari,
Shinta, dkk. 2014. “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matemaika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padang
Tahun Pelajaran 2013/2014”. Jurnal
Pendidikan Matematika. 3 (2). 54-55.
Slavin,
Robert E. Psikologi Pendidikan: Teori dan
Praktik: Jilid 2 (Terjemahan Marianto Samosir). Jakarta: Indeks.
Susanto,
Ahmad. 2013. Teori Belajar dan
Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group.
Wahyuddin. 2016. “ Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Ditinjau dari Kemampuan Verbal”. Jurnal Tadris Matematika. 9 (2). 151.